EDUKASI KEUANGAN

Agar Tetap Untung Investasi Dolar AS saat Rupiah Bergejolak

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Sabtu, 12 Mei 2018 09:18 WIB
Gejolak kurs rupiah terhadap dolar AS yang terjadi akhir-akhir ini bisa menjadi tantangan atau peluang dalam berinvestasi.
Gejolak kurs rupiah terhadap dolar AS yang terjadi akhir-akhir ini bisa menjadi tantangan atau peluang dalam berinvestasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gejolak nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi akhir-akhir ini bisa menjadi tantangan atau peluang dalam berinvestasi. Namun, jika tidak hati-hati, alih-alih mendapat untung Anda malah bisa 'buntung'.

Untuk itu, sebelum Anda berinvestasi, Anda perlu menyusun strategi dengan memperhatikan berbagai faktor.

Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi Andy Nugroho mengungkapkan sebelum Anda menempatkan uang dalam bentuk dolar AS, Anda perlu tahu tujuan Anda. Dalam hal ini, apakah Anda berinvestasi untuk mengambil keuntungan jangka pendek atau jangka panjang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andy mengingatkan keuntungan jangka pendek dari investasi dalam bentuk dolar AS bisa diperoleh dari selisih antara harga beli dengan harga jual.
Pada saat dolar AS melemah, investor bisa membeli dolar AS. Ketika kurs dolar AS melesat, seperti yang terjadi saat ini, investor dapat menjualnya ke pasar.

Hal yang perlu diperhatikan, investor jangka pendek harus peka membaca kondisi dan tren pasar keuangan baik di global dan domestik, termasuk di dalamnya proyeksi kebijakan regulator yang mempengaruhinya.

Andy mencontohkan, saat ini kurs rupiah telah menembus Rp14 ribu per dolar AS. Padahal, pada awal tahun masih bergerak di kisaran Rp13.000 hingga Rp13.500 per dolar AS. Bagi investor yang sudah memegang dolar AS sejak tiga bulan ke belakang, sekarang mungkin saat yang tepat untuk menjual.


Pasalnya, menurut Andy, pemerintah dan regulator kemungkinan tidak akan membiarkan pelemahan rupiah terjadi terus menerus. Terlebih, bulan ini sudah memasuki periode Ramadan yang memberikan tekanan pada inflasi dan tahun depan merupakan tahun politik masa Pemilihan Presiden 2019-2024.

Jika investor membeli dolar AS sekarang, meskipun ada potensi penguatan dolar AS lebih lanjut, investor jangka pendek harus siap jika ke depan penguatan yang terjadi tak sebesar yang diharapkan atau bahkan malah melemah.

"Kalau (kurs dolar AS) sudah tinggi seperti ini, kita harus melihat tinjauan jangka panjang termasuk kondisi sosial politik bahwa masih ada kemungkinan rupiah akan terus melemah terhadap dolar AS," ujar Andy saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (11/5).

Senada dengan Andy, Perencana Keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad juga menilai masyarakat yang ingin ambil untung jangka sebaiknya menahan diri untuk membeli dolar AS sekarang. Menurut Tejasari, saat ini merupakan saat yang tepat bagi pemegang dolar AS untuk melepas dolar AS.


"Dolar AS sekarang sudah lumayan mahal. Pemerintah sendiri sudah mengatakan akan menahan supaya geraknya (dolar AS) tidak semakin naik dan saya percaya itu," ujar Tejasari.

Lain halnya jika investor membeli dolar AS untuk investasi jangka panjang mengingat investasi dolar AS juga bisa dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan di masa mendatang. Misalnya, bagi orang tua yang berencana untuk menyekolahkan buah hatinya di luar negeri.

Sebenarnya, lanjut Andy, investasi mata uang asing tidak hanya terbatas dalam bentuk dolar AS. Di saat volatilitas dolar AS melesat, investor bisa memilih alternatif investasi dalam mata uang lain seperti dolar Singapura dan dolar Australia yang trennya menguat tetapi tetap relatif stabil.

"Dolar AS sekarang volatilitasnya terlalu tinggi dan kita juga jadi tebak-tebakan untuk kebijakan pemerintah seperti apa," ujarnya.


Selanjutnya, Andy juga mengingatkan investor sebaiknya tidak menempatkan seluruh investasinya dalam bentuk valuta asing, tetapi melakukan diversifikasi investasi dalam bentuk instrumen lain seperti, logam mulia. Dengan demikian, Anda bisa mengantisipasi jika salah satu instrumen mengalami pelemahan.

"Kalau ditempatkan dalam bentuk valas semua, begitu valas turun, kita bisa rugi semuanya," ujarnya.

Tejasari menilai instrument reksa dana pasar uang bisa menjadi pilihan. Pasalnya, kalaupun nanti kurs dolar AS jatuh, efeknya tidak akan terlalu besar karena manajer investasi biasanya menempatkan investasi reksa dana di instrumen deposito maupun obligasi yang jatuh temponya sudah dekat.

"Jadi, penurunan (nilai kurs dolar AS) tidak akan banyak sehingga stabil," terangnya. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER