Pemerintah Berpeluang Tambah Penerbitan Surat Utang dalam Yen

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 15 Mei 2018 08:35 WIB
Kementerian Keuangan membuka kemungkinan menghimpun dana lebih besar lewati penerbitan surat utang berdenominasi Yen atau Samurai Bonds.
Penerbitan Samurai Bonds masuk ke dalam target Surat Berharga Negara (SBN) yang akan diterbitkan dalam bentuk valuta asing sebesar Rp169,28 triliun atau 20 persen dari target SBN yang diterbitkan pemerintah tahun ini yaitu Rp846,4 triliun. (REUTERS/Lee Jae-Won)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan membuka kemungkinan menghimpun dana lebih besar lewati penerbitan surat utang berdenominasi Yen atau biasa disebut Samurai Bonds. Terlebih, saat ini investor Jepang masih antusias terhadap kondisi makroekonomi Indonesia.

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Loto Srinata Ginting mengatakan bahwa rata-rata investor Jepang tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi global. Selain itu, Jepang selalu menawarkan tingkat bunga yang lebih rendah serta kondisi pasar modal yang relatif lebih stabil, sehingga peluang pemerintah menghimpun dana dari Samurai Bonds terbilang besar.

Loto tak menyebut target penghimpunan dana dari Samurai Bonds tahun ini. Namun, penerbitan Samurai Bonds masuk ke dalam target Surat Berharga Negara (SBN) yang akan diterbitkan dalam bentuk valuta asing sebesar Rp169,28 triliun atau 20 persen dari target SBN yang diterbitkan pemerintah tahun ini yaitu Rp846,4 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pokoknya kan kalau prinsip pembiayaan, kalau (di tempat lain) lagi ada tekanan, bisa mencari ke tempat lain. Terus kalau nanti ada masalah di sini, ada alternatif yang lain, jadi kita fleksibel saja. Cair," jelas Loto, Senin (14/5).


Dengan demikian, maka sebetulnya pemerintah tak ada masalah untuk menerbitkan Samurai Bonds sesuai jadwal, yakni semester I tahun ini. Namun, penerbitan ini juga tergantung dengan komunikasi antara arranger penerbit surat utang dengan calon investor.

Jika investor memberikan masukan bahwa mereka siap menyerap Samurai Bonds Indonesia, maka penerbitan bisa dilakukan. Namun, jika investor masih menahan, maka pemerintah bisa saja menunda penerbitan Samurai Bonds.

"So far kami melihat komunikasi antara keduanya lancar. Investor tidak ada keraguan dengan pasar global, mereka sih oke saja karena perekonomian Indonesia cukup bagus. Investor Jepang mendengar pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen saja mereka terkagum-kagum," imbuh dia.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menyambut baik langkah tersebut. Menurutnya, saat ini pemerintah sudah harus mendiversifikasi penerbitan surat utang valas untuk meringankan tekanan rupiah terhadap dolar AS. Terlebih, jika sentimen kenaikan suku bunga bank sentral AS Fed Rate serta imbal hasil obligasi pemerintah AS terus kentara.


Kendati demikian, saat ini mata uang rupiah masih terbilang stabil dibanding mata uang lainnya. Berdasarkan data Kemenkeu, depresiasi rupiah terhadap dolar AS mencapai 3,44 persen secara tahun kalender hingga 8 Mei kemarin. Angka ini masih lebih baik ketimbang peso Filipina sebesar 3,72 persen, rupee India sebesar 4,76 persen, atau lira Turki sebesar 11,51 persen.

"Agar nanti ke depan mata uang tidak terlalu terekspos dengan mata uang, memang sebaiknya pemerintah diversifikasi penerbitan surat utang valas," ujar dia.

Sebelumnya, pemerintah telah menerbitkan SBN valas dalam bentuk SUN dalam dua mata uang (dual currency) yakni dolar AS sebesar US$1 miliar dan Euro sebesar 1 miliar Euro. Tak hanya itu, pemerintah juga telah menghimpun US$3 miliar dari penerbitan sukuk global green bond.

Hingga 9 Mei kemarin, total SBN yang sudah diterbitkan mencapai Rp391,85 triliun atau 45,75 persen dari rencana penerbitan sebesar Rp856,47 triliun. Dari angka tersebut, Rp269,83 triliun merupakan SUN dan Rp122,01 triliun dihimpun dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). (agi/agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER