Jakarta, CNN Indonesia -- Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan
suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) dinilai sebagai upaya penyesuaian bank sentral terhadap kondisi pasar modal yang sudah lebih dulu tertekan.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemarin, Kamis (17/5), diputuskan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen dari sebelumnya 4,25 persen.
"Ini seperti dampaknya kan sudah kejadian, ya penyebabnya harus kejadian juga. Ini langkah penyesuaian jadi tidak perlu takut. Dampak juga sudah terjadi," ungkap Direktur Utama BEI Tito Sulistio, Jumat (18/5).
Terbukti,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik pada pagi ini ke level 5.831. Sejauh ini, IHSG masih betah di teritori positif dan berada di level 5.818 pada pukul 10.20 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, memang kalau pasar modal itu naiknya mendahului perekonomian dan turunnya mendahului perekonomian. Jadi sekarang penyesuaian dan dampak sudah ada ya," jelas Tito.
Beberapa waktu terakhir IHSG memang terus bergejolak hingga turun di bawah level 6.000 dan sempat menyentuh area 5.700. Hal ini sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah hingga di angka Rp14 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).
"Tapi fundamental perbankan masih bagus, ekonomi masih kuat. Bank masih sehat. Emiten masih bagus, menurut saya tetap lihat fundamentalnya," tandas Tito.
Saat ini, salah satu hal yang menjadi fokus pelaku pasar berpindah pada postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 setelah pemerintah menyebut akan menambah subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp10 triliun seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.
"Saya imbau ada kepastian saja dari pemerintah, subsidi Rp10 triliun itu ditanggung APBN atau PT Pertamina (Persero)," ucap Tito.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan kenaikan subsidi BBM ini juga atas penghitungan bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
Selain karena kenaikan harga minyak dunia, hal itu dilakukan juga sebagai dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sri Mulyani mengatakan kenaikan subsidi BBM dilakukan agar keuangan Pertamina tidak membengkak.
Sebagai informasi, subsidi energi dalam APBN 2018 ditetapkan sebesar Rp94,53 triliun yang terdiri dari subsidi BBM sebesar Rp46,9 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp47,7 triliun.
(lav/bir)