Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) membuka kemungkinan pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank sentral nasional bulan depan yang lebih awal dari jadwal semula pada 27-28 Juni 2018.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan terbukanya jadwal RDG yang lebih awal karena kepentingan pengaturan kebijakan moneter, terutama
suku bunga acuan BI (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR).
Sebelumnya, ia memberi pernyataan bahwa bank sentral nasional di bawah pimpinannya akan lebih pre-emtif atau melakukan upaya-upaya yang lebih awal terkait pengaturan tingkat suku bunga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, bila kondisi ke depan membuat pengaturan suku bunga perlu dilakukan secara cepat, Perry akan menentukan kebijakan itu lebih cepat pula.
"Kemungkinan itu ada untuk melakukan RDG sebelum 27 Juni, sejalan dengan saya akan lebih preemtif dalam kenaikan suku bunga," ujarnya di kantornya, Jumat (25/5).
Kendati begitu, Perry enggan disebut bahwa terbukanya jadwal RDG yang lebih awal ini sebagai rapat darurat. Sebab, menurutnya, penjadwalan RDG sudah diatur oleh BI dengan mempertimbangkan pergerakan kondisi ekonomi global dan domestik.
Namun, kondisi perekonomian tentu tak selalu sejalan dengan pertimbangan bank sentral nasional di awal. "Saya tidak ingin mengatakan rapat emergency (darurat). Karena kalau ada perkembangan baru yang butuh respons cepat, itu sesuatu yang wajar dan itu dimungkinkan," tekannya.
Sebelumnya, Perry telah menyatakan bahwa pengaturan tingkat suku bunga acuan akan menjadi instrumen kunci yang digunakannya untuk mendukung stabilisasi di sektor keuangan, termasuk nilai tukar rupiah.
Terakhir kali, BI mengubah tingkat suku bunga acuan pada pekan lalu, saat masih dipimpin oleh Agus D.W Martowardojo yang masa tugasnya berakhir pada pekan ini. Agus mengerek 7DRRR sebanyak 25 basis poin menjadi 4,5 persen.
Namun, banyak kalangan yang menilai bahwa kenaikan suku bunga BI terlambat karena memiliki jarak dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve. Walhasil, terlambatnya BI mengerek 7DRRR membuat rupiah menjadi korban, karena pelemahannya kian dalam.
Berdasarkan kurs referensi BI (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor) pada hari ini, rupiah berada di posisi Rp14.166 per dolar AS. Posisi ini menguat bila dibandingkan kurs referensi kemarin di posisi Rp14.205 per dolar AS.
(bir)