Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah terus
menguat ke posisi Rp13.894 per dolar Amerika Serikat (AS) pada tengah perdagangan pasar spot hari ini, Kamis (31/5), setelah dibuka Rp13.955 per dolar AS pagi tadi.
Penguatan rupiah mencapai 0,71 persen dari penutupan perdagangan kemarin, Rabu (30/5) sebesar Rp13.993 per dolar AS.
Sementara, berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di posisi Rp13.915 per dolar AS. Posisi ini menguat 0,57 persen atau 81 poin dari posisi rupiah kemarin, Rabu (30/5) di Rp14.032 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penguatan rupiah merupakan yang tertinggi di antara mata uang negara di kawasan Asia. Diikuti won Korea Selatan 0,51 persen, ringgit Malaysia 0,3 persen, dan peso Filipina 0,21 persen.
Kemudian, yen Jepang menguat 0,22 persen, renmimbi China 0,19 persen, dolar Singapura 0,01 persen, baht Thailand 0,04 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen. Hanya rupee India yang melemah 0,05 persen.
Begitu pula dengan mata uang negara maju, poundsterling Inggris menguat 0,15 persen, franc Swiss 0,07 persen, dan dolar Kanada 0,05 persen. Namun, euro Eropa, rubel Rusia, dan dolar Australia melemah masing-masing 0,01 persen, 0,06 persen, dan 0,19 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah berhasil terus menguat karena ada beberapa sentimen dari global. Mulai dari rilis pertumbuhan ekonomi AS yang di luar ekspektasi para analis.
Ekonomi Negeri Paman Sam selama kuartal I 2018 hanya berada di kisaran 2,2 persen, sedikit lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 2,3 persen.
"Sedangkan, data manufaktur China lebih bagus, melebihi ekspektasi para analis," ujar Ibrahim kepada CNNIndonesia.com.
Selanjutnya, rupiah juga mendapat sentimen positif dari gejolak politik di Italia yang berujung pada indikasi keluarnya negara tersebut dari zona Eropa.
Di sisi lain, European Central Bank (ECB) kemungkinan tidak akan mengurangi pelonggaran kuantitatif guna meredam gejolak yang terjadi di Italia.
"Kalau dari internal, masih ada kemungkinan BI menaikkan suku bunga kembali," pungkasnya.
(bir)