Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah dibuka pada posisi Rp14.095 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot hari ini, Senin (28/5). Posisi
rupiah menguat 0,21 persen atau 30 poin dari posisi perdagangan akhir pekan, yakni sebesar Rp14.125 per dolar AS.
Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia ikut menguat. Mulai dari won Korea Selatan naik 0,38 persen, dolar Singapura 0,14 persen, baht Thailand 0,13 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.
Namun, renmimbi China justru melemah 0,21 persen. Diikuti ringgit Malaysia minus 0,06 persen, yen Jepang minus 0,05 persen, dan peso Filipina 0,05 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, mayoritas mata uang negara maju berhasil menguat dari dolar AS. Euro Eropa menguat 0,43 persen, poundsterling Inggris 0,11 persen, dolar Australia 0,08 persen, serta rubel Rusia 0,05 persen. Hanya dolar Kanada dan franc Swiss yang melemah masing-masing 0,11 persen, dan 0,06 persen.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan kembali menguat pada hari ini karena sentimen positif dari eksternal yang melemahkan dolar AS, yaitu hasil notulensi rapat dewan gubernur bank sentral AS, The Federal Reserve.
Berdasarkan rapat tersebut, The Fed nampaknya tidak agresif (
dovish) untuk mengerek suku bunga acuan. Pasalnya, The Fed ingin melepas inflasi agar naik dengan sendirinya ke atas target dua persen.
"Rupiah akan cukup stabil dengan kecenderungan menguat, seiring hasil notulensi rapat FOMC yang bernada dovish," kata Reza, Senin (28/5).
Kendati begitu, menurutnya, ada sentimen lain yang perlu diwaspadai oleh rupiah, yaitu antisipasi rilis sejumlah data di AS dan melemahnya harga komoditas, khususnya minyak mentah. Kedua hal ini, sambungnya, berpotensi menguatkan dolar AS.
Sementara, sentimen positif dari Tanah Air disebutnya tidak ada. Namun, secara keseluruhan, rupiah berpotensi menguat pada hari ini dengan bergerak di kisaran Rp14.109-14.125 per dolar AS.
(bir)