BPS: Inflasi Rendah Bukan Karena Bulan Puasa

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 04 Jun 2018 18:12 WIB
BPS menyebut bahwa inflasi rendah bukan karena Ramadan atau konsumsi masyarakat yang turun. Melainkan karena harga komoditas yang terjaga.
BPS menyebut bahwa inflasi rendah bukan karena Ramadan atau konsumsi masyarakat yang turun. Melainkan karena harga komoditas yang terjaga. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa inflasi rendah bukan karena Ramadan atau konsumsi masyarakat yang turun. Kepala BPS Suhariyanto menyebut inflasi Ramadan terbilang rendah, yakni 0,21 persen secara bulanan, dikarenakan harga komoditas yang terjaga.

Akibatnya, sambung dia, tidak menimbulkan gejolak harga pangan (volatile foods). Kondisi ini berbeda dengan Ramadan dua tahun terakhir, dimana biasanya permintaan masyarakat yang meningkat ikut mengerek harga sejumlah komoditas. Sehingga, inflasi melambung.

Ambil contoh, Ramadan 2017 atau sekitar Mei-Juni, ketika itu inflasi tercatat tinggi, yaitu masing-masing 0,39 persen dan 0,69 persen. Begitu pula halnya dengan inflasi Ramadan 2016 pada Juni dan Juli yang masing-masing sebesar 0,66 persen dan 0,69 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Ini memang yang tidak biasa adalah harga pangan yang sangat terkendali. Jadi bukan karena perlambatan konsumsi, tapi karena harga bergejolaknya bisa lebih stabil," ujar Ketjuk, sapaan akrabnya, di kantor BPS, Senin (4/6).

Ia melanjutkan, salah satu komoditas strategis yang turun harganya dan berhasil membuat inflasi terjaga, yaitu beras. Ia mencatat beras mengalami deflasi hingga 0,04 persen pada Mei lalu.

Akibatnya, andil inflasi bahan makanan hanya 0,04 persen atau di bawah kelompok bahan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang mencapai 0,05 persen.


"Ini melegakan, harga beras turun dan menyumbang deflasi 0,04 persen. Diikuti dengan (penurunan harga) cabai merah dan cabai rawit," imbuhnya.

Kendati begitu, dengan masih ada pelaksanaan Ramadan di separuh bulan ini, Ketjuk melihat bahwa potensi inflasi yang tinggi masih bisa terjadi pada Juni.

"Khususnya, yang harus diperhatikan (sumbangan inflasi karena kenaikan harga) komoditas telur ayam," tandasnya.


Sementara, data BPS mencatat bahwa inflasi secara tahun kalender sebesar 1,3 persen dan inflasi secara tahunan mencapai 3,23 persen. Sedangkan target pemerintah dan Bank Indonesia (BI), inflasi tahun ini sebesar 3,5 persen plus minus satu persen. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER