Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
indeks nilai tukar petani (NTP) secara nasional pada Mei kemarin meningkat 0,37 persen menjadi 101,99 jika dibandingkan April yang hanya 101,61. Kenaikan tersebut dipicu membaiknya harga komoditas, seperti; karet dan tembakau.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kenaikan harga komoditas tersebut membuat indeks harga yang diterima petani meningkat hingga 0,61 persen menjadi 134,56. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani atas kebutuhan konsumsinya hanya naik 0,24 persen menjadi 131,93.
"Misalnya, untuk tanaman perkebunan rakyat meningkat indeks harga yang diterima petaninya karena ada kenaikan harga untuk komoditas karet dan tembakau," kata Ketjuk, sapaan akrabnya, Senin (4/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rinci, kenaikan nilai tukar petani (NTP) dialami oleh semua subsektor tanaman. Untuk sektor tanaman pangan misalnya, kenaikan mencapai 0,3 persen. Kenaikan tersebut dipicu membaiknya harga palawija, seperti; ketela dan jagung.
Untuk sektor hortikultura kenaikan yang mencapai 0,02 persen dipicu oleh kenaikan harga buah-buahan; pisang dan apel, serta tanaman obat, seperti jahe dan lengkuas. Untuk sektor tanaman perkebunan rakyat kenaikan sebesar 0,64 persen. Kenaikan tersebut dipicu oleh membaiknya harga karet dan tembakau.
Selanjutnya, untuk peternakan mengalami kenaikan 0,48 persen. Kenaikan didorong oleh harga telur ayam ras dan sapi potong. Sedangkan perikanan mengalami kenaikan 0,59 persen yang dipicu oleh perbaikan harga komoditas ikan kakap, udang, ikan nila, dan ikan lele.
Secara persebaran, peningkatan NTP tertinggi terjadi di Sulawesi Barat. Kenaikan NTP di daerah tersebut mencapai 2,23 persen. Sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Riau hingga 1,92 persen.
Sementara itu, indeks Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) sebesar 111,38 atau naik 0,32 persen dari bulan sebelumnya. Adapun peningkatan NTUP juga terjadi di semua sub-sektor.
(lav/bir)