BI Ramal The Fed Tetap Kerek Bunga Acuan Bulan Ini

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Rabu, 06 Jun 2018 12:12 WIB
Meski memproyeksi bunga acuan bank sentral AS (FFR) tetap naik di bulan ini, BI belum mempertegas sinyal kenaikan bunga acuannya mengikuti pergerakan FFR.
Meski memproyeksi bunga acuan bank sentral AS (FFR) tetap naik di bulan ini, BI belum mempertegas sinyal kenaikan bunga acuannya mengikuti pergerakan FFR. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memproyeksi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve tetap akan mengerek suku bunga acuannya  (Fed Fund Rate/FFR) pada bulan ini. Padahal, pernyataan The Fed beberapa waktu lalu justru terkesan tidak agresif (dovish) dalam menaikkan bunga.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa pihaknya tetap yakin The Fed akan mengerek FFR lantaran membaca tingkat kepercayaan pasar yang tetap sama.

"Kami melihat probabilitas kenaikan di Juni itu tetap tinggi. Itu jadi dasar kami, memang kelihatannya FFR tetap naik di Juni dan sekali lagi di akhir tahun," ucap Dody, Selasa (5/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati FFR masih diyakini akan naik, Dody belum ingin mempertegas sinyal kenaikan suku bunga acuan BI (7 Days Reverse Repo Rate/7DRR). BI, menurut dia, harus mengkalkulasi dulu dampak kenaikan bunga acuan terhadap kondisi ekonomi domestik.

"Jadi tidak selalu one to one, misalnya FFR naik empat kali, maka kami naik empat kali juga. Belum tentu begitu. Kami harus lihat ekspektasi depresiasi, tingkat overshooting, dampaknya ke inflasi, nilai tukar, dan lainnya," terangnya.


Dody menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah hingga kini belum banyak berpengaruh terhadap inflasi. Hal ini terlihat dari angka inflasi Mei 2018 yang cukup rendah di angka 0,21 persen secara bulanan atau 3,23 persen secara tahunan. 

Selain itu, tingkat depresiasi rupiah pun membaik dalam 10 hari terakhir. Berdasarkan data BI, depresiasi rupiah secara tahun berjalan hingga 5 Juni 2018 tercatat sebesar 2,94 persen, lebih baik dibandingkan 10 hari lalu yang mencapai 3,3 persen.

"Artinya, dari sisi depresiasi sudah membaik. Bahkan kinerja rupiah masih paling bagus di Asia," katanya.


Kendati demikian, menurut dia, nilai tukar rupiah saat ini masih jauh di bawah nilai fundamentalnya (overshooting). "Ini sebenarnya masih undervalue," tekannya.

Untuk itu, demi merespon kenaikan FFR di bulan ini, BI akan lebih dulu menyesuaikan data dan kondisi ekonomi luar dan domestik.

BI pada bulan lalu telah menaikkan suku bunga hingga dua kali pada pertengahan dan akhir bulan masing-masing sebesar 25 bps. Saat ini, bunga acuan BI berada di level 4,75 persen. (agi/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER