Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Perekonomian
Darmin Nasution menyatakan bahwa sampai saat ini pergerakan nilai tukar rupiah masih mendapatkan sentimen negatif dari kenaikan
suku bunga acuan Bank Sentral Amerika,
The Fed yang dilakukan pekan lalu.
Tidak mengherankan, rupiah Sejak Selasa (19/6) kemarin bergerak lunglai hingga menyentuh level Rp14.165 per dolar AS. Adapun pada perdagangan di pasar spot hingga siang ini, rupiah bertengger di level Rp14.099 per dolar AS.
"Walaupun demikian tidak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya, Kamis (21/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darmin tetap yakin bahwa rupiah ke depan masih akan bergerak bagus dan stabil.
The Fed pada Rapat Komite Pasar terbuka Federal (FOMC)
Maret lalu memutuskan untuk mengerek suku bunga acuan mereka sebesar 25 basis poin menjadi 1,5 persen dan 1,75 persen.
Kenaikan tersebut mereka lakukan lagi. Pada Rapat FOMC yang digelar Rabu (13/6) lalu mereka memutuskan mengerek
bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen dan 2 persen.
Kenaikan suku bunga acuan mengindikasikan perekonomian AS yang semakin baik. Tingkat pengangguran tercatat hanya 3,8 persen, terendah sejak 2000.
Pada kenaikan suku bunga acuan tahap pertama, rupiah sempat menyentuh level 14.200 per dolar. Kenaikan tersebut direspon BI dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada Mei kemarin.
Darmin mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi akibat kebijakan suku bunga Amerika tidak perlu dikhawatirkan. "Nanti juga tenang lagi," katanya.
Walaupun demikian Darmin mengatakan agar pelemahan tidak semakin menjadi pemerintah memang harus melakukan beberapa perbaikan. Salah satunya neraca dagang dalam negeri.
Maklum saja, pada empat bulan pertama 2018 kemarin kinerja perdagangan dalam negeri memang memble karena defisit US$1,31 miliar.
"Itu yang perlu diatasi," katanya.
(agt)