Jakarta, CNN Indonesia --
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan sinyal akan kembali menaikkan
suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin bahwa kebijakan tersebut nantinya akan efektif dalam mengembalikan
capital outflow, dana investor asing yang keluar dari pasar keuangan dalam negeri.
Selain itu kebijakan tersebut juga diperkirakannya bisa mengembalikan kestabilan nilai tukar rupiah.
Keyakinan didasarkannya pada bauran kebijakan yang diambil BI selain menaikkan suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry mengatakan selain menaikkan suku bunga acuan pihaknya juga akan melonggarkan rasio pinjaman (LTV) bagi sektor perumahan.
Pelonggaran juga akan dilakukan terhadap sistem pemesanan untuk kepemilikan
rumah kedua dan ketiga supaya investor di sektor properti bisa mendapat pelonggaran KPR juga.
Perry mengatakan kebijakan kenaikan suku bunga tersebut paling tidak akan membuat yield atau imbal hasil surat utang dalam negeri, baik yang dikeluarkan pemerintah atau swasta yang saat akan mampu bersaing dengan obligasi Amerika Serikat (US Treasury).
Perry mengatakan
usai BI menaikkan suku bunga menjadi 4,75 persen, imbal hasil riil obligasi Indonesia mencapai 1,2- 1,3 persen sedangkan obligasi bertenor 10 tahun saat ini memiliki imbal hasil 7,5 persen. Sedangkan imbali hasil US Treasury hanya sekitar 2,9 persen.
"Beda hampir
4,5 persen, itu sangat menarik bagi investor asing untuk membuat mereka membeli Surat Berharga Negara (SBN) dan meningkatkan pembiayaan fiskal di dalam negeri," ujar Perry di Gedung BI, Jumat (22/6).
Modal paska Bank Sentral Amerika, The Fed menaikkan suku bunga acuan mereka memang banyak mengalir keluar.
Untuk Kamis (21/6) kemarin saja, data BI menunjukkan bahwa aliran modal keluar mencapai Rp2,75 triliun. Oleh BI dana tersebut dibeli sekitar Rp1,25 triliun.
(agt/bir)