Tak Mampu Bayar, Bakrie and Brothers Tukar Utang ke Saham

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Rabu, 27 Jun 2018 01:08 WIB
Bakrie and Brothers sebelumnya juga telah mengurangi jumlah sahamnya (reverse stock) sebagai bagian dari restrukturisasi. Namun, upaya tersebut berakhir gagal.
Ilustrasi perdagangan saham. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tengah melakukan restrukturisasi dengan menukar utang pada kreditur dengan saham perusahaan. Hal ini dilakukan lantaran perusahaan tak mampu membayarkan utang perusahaan yang terlampu besar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan hingga akhir 2017, jumlah liabilitas atau utang yang harus dilunasi mencapai Rp13,46 triliun secara konsolidasi. Liabilitas itu terdiri dari utang unit usaha sebesar Rp3,15 triliun dan induk Rp10,31 triliun.

Bobby Gafur Umar, Direktur Utama BNBR mengatakan perusahaan telah berhasil mendapat kesepakatan dengan salah satu kreditur, yakni Mitsubishi Corporation RtM Japan Ltd untuk menukarkan utang perusahaan dalam bentuk saham. Perusahaan memiliki utang sebesar US$218 juta atau setara Rp3,05 triliun (asumsi kurs rupiah Rp14 ribu per dolar AS) kepada Mitsubishi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia bilang perusahaan telah mengantongi kesepakatan dengan Mitsubishi sejak 26 April lalu, untuk melunasi utang. Keduanya sepakat bahwa utang akan dialihkan dari Mitsubishi ke Fountain City Investment.

Setelah dialihkan, perusahaan akan menyerahkan aset berupa saham PT Bumi Resources Tbk yang sebelumnya dijadikan jaminan pada fasilitas kredit yang dikeluarkan Mitsubishi. "Lalu, kami menerbitkan obligasi wajib konversi dan saham baru kepada Fountain City Investment," ujar Bobby di Bakrie Tower, Selasa (26/5).


Selain dengan Mitsubishi, BNBR juga memiliki utang sebanyak US$121 juta atau Rp1,69 triliun ke Eurofa Capital Invesment Inc. dan sekitar US$408 juta atau Rp5,71 triliun kepada Glencore International AG.

Namun, kedua kreditur belum menyetujui kesepakatan penukaran utang dengan saham tersebut. Perusahaan masih menegosiasikan rencananya untuk mengalihkan dan mengonversikan utang dari kedua kreditur ke saham BNBR.

"Targetnya negosiasi dengan Eurofa selesai pada Agustus 2018 dan dengan Glencore selesai pada Desember 2018," tuturnya.

Hitung-hitungannya, bila ketiga kreditur menyepakati penukaran saham pada tahun ini, maka liabilitas perusahaan akan berkurang menjadi Rp3,29 triliun pada akhir tahun.

"Saya lihat ini angka yang bagus, karena tidak hanya mengurangi utang, tapi juga menghilangkan kewajiban bunga utang," ucapnya.


Reverse Stock Gagal

Sebelumnya, demi memaksimalkan sumber dana perusahaan, BNBR telah melakukan upaya peningkatan harga saham dengan mengurangi jumlah saham yang dimiliki (reverse stock) sejak April lalu.

Selain itu, reverse stock dilakukan sebagai bagian dari proses restrukturisasi utang yang dipersyaratkan oleh kreditur. Di sisi lain, perusahaan menyadari bahwa jumlah saham yang dimiliki terlalu banyak, tetapi harganya sangat murah.

Perusahaan pun melakukan reverse stock dengan mengubah setiap 10 saham dengan nilai nominal lama menjadi satu saham dengan nilai nominal baru. Reverse stock akhirnya membuat jumlah saham perusahaan menyusut dari 121,16 miliar menjadi 12,11 miliar.

Untuk saham serie A, nominal saham akan berubah dari Rp2.850 menjadi Rp28.500 per lembar saham. Lalu, serie B berubah dari Rp399 menjadi Rp3.990 per saham, serie C dari Rp114 menjadi Rp1.140 per saham, dan serie D dari Rp50 menjadi Rp500 per saham.


Namun, bukannya kinerja saham kian membaik, harga saham justru anjlok. Setelah reverse stock, harga saham BNBR turun dari Rp376 per lembar saham menjadi Rp68 per lembar saham. Ia menduga penurunan harga saham terjadi karena besarnya permintaan pasar dan pemegang saham terhadap kejelasan pengelolaan keuangan perusahaan.

"Sebenarnya ada beberapa hal yang sedang kami kerjakan, ada yang sudah tercapai. Tapi bukan kami tidak ingin beri tahu informasi, namun kami sedang menjaga kondisi ini agar kondusif," jelasnya.

Walhasil, penurunan harga kumulatif saham yang signifikan membuat BEI menghentikan sementara perdagangan saham BNBR pada pekan lalu.

Kendati begitu, dengan telah melakukan pemaparan publik insidential pada hari ini sebagai salah satu cara menyakinkan pemegang saham dan BEI, perusahaan berharap perdagangan saham dapat kembali dilakukan. (agi/agi/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER