Ancaman Pemimpin Iran Bikin Harga Minyak Dunia Naik

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 05 Jul 2018 07:02 WIB
Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Rabu (4/7), waktu London. Penguatan dipicu ancaman Iran dan merosotnya pasokan minyak mentah AS.
Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Rabu (4/7), waktu London. Penguatan dipicu ancaman Iran dan merosotnya pasokan minyak mentah AS. (REUTERS/Stringer).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Rabu (4/7), waktu London. Penguatan dipicu oleh ancaman pemimpin Iran, serta merosotnya persediaan minyak mentah AS untuk dua pekan berturut-turut.

Dilansir dari Reuters, Kamis (5/7), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik US$0,48 menjadi US$78,24 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,19 menjadi US$74,33 per barel, tak jauh dari rekor tertinggi dalam tiga setengah tahun terakhir di atas US$75 per barel yang terjadi pada sehari sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mengingat 4 Juli 2018 merupakan libur peringatan kemerdekaan Negeri Paman Sam, pasar AS tidak memberikan harga setelmen.

Harga Brent melesat menyusul pernyataan Pemimpin Garda Revolusi Iran yang mengaku siap untuk mencegah ekspor minyak di kawasan jika penjualan minyak Iran dilarang oleh AS.

Pada Selasa (3/7) lalu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengancam akan mengganggu pengiriman minyak dari negara tetangga jika AS terus menerus menekan negara lain untuk berhenti membeli minyak dari Iran.


Sanksi AS terhadap ekspor Iran, kondisi kahar di Libya, dan gangguan pipa di Nigeria telah mengaburkan proyeksi pasokan ke depan di tengah kenaikan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

"Di sebuah dunia yang ideal kenaikan produksi minyak di global maupun regional bakal menekan harga. Kendati demikian, saat ini, bukan merupakan waktu normal mengingat gangguan pasokan hampir setiap pekan terjadi," ujar Analis PVM Oil Associates Tamas Varga.

Menurut Varga, dalam kondisi demikian, pendapat bahwa harga masih akan tetap naik di tengah kenaikan produksi masih bisa dipahami.


Sementara, persediaan minyak mentah AS merosot sebesar 4,5 juta barel menjadi 416, juta pada pekan yang berakhir 29 Juni 2018. Realisasi tersebut lebih besar dari ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan sebesar 3,5 juta barel.

Institut Perminyakan Amerika (API) menyatakan persediaan minyak mentah di hub pengiriman Cushing, Oklahoma, turun 2,6 juta barel. Stok minyak mentah di fasilitas penyimpanan minyak Cushing merosot akibat gangguan di tambang pasir minyak dekat Fort McMurray, Alberta milik perusahaan Kanada Syncrude yang memproduksi sebesar 360 ribu barel per hari (bph).

Volatilitas opsi yang menggambarkan tingkat ketidakpastian di antara investor dan pelaku pasar minyak berada di level tertingginya sejak pertemuan OPEC bulan lalu.


Dalam pertemuan tersebut, kelompok kartel minyak itu memutuskan untuk melakukan relaksasi dari kebijakan pemangkasan produksi minyak yang dilakukan sejak 2017.

Kepala Strategi Komoditas BNP Paribas Harry Tchilinguirian menilai dengan proyeksi yang masih kabur, investor mulai beralih pada instrumen opsi untuk melindungi mereka dari pergerakan pasar yang tiba-tiba.

"Ketika ada konsolidasi di pasar, ekspektasi terhadap pergerakan harga secara tiba-tiba ke arah manapun muncul. Jadi di pasar opsi, volatilitas meningkat," ujar Tchilinguirian saat menghadiri Reuters Global Oil Forum.

Investor dapat bertaruh pada berbagai aspek yang dimiliki sebuah opsi, mulai dari premi, harga, hingga seberapa besar opsi tersebut akan bergerak. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER