Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak dunia menanjak hingga ke level tertinggi dalam 3,5 tahun terakhir pada perdagangan Kamis (28/6), waktu
Amerika Serikat (AS). Penguatan dipicu oleh kekhawatiran terhadap sanksi AS yang dapat menekan ekspor minyak mentah dari Iran.
Dilansir dari Reuters, Jumat (29/6),
harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,69 atau hampir 1 persen menjadi US$73,45 per barel. Di awal sesi perdagangan, harga WTI sempat menyentuh level US$74,03 per barel, tertinggi sejak 26 November 2014.
Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka Brent sebesar US$0,23 menjadi US$77,85 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pekan ini, pemerintah AS meminta sejumlah negara untuk tidak mengimpor minyak mentah dari Iran mulai November 2018 mendatang. AS berharap pemerintah tersebut dapat memangkas pendanaan Iran.
Kemarin, pemerintah AS menyatakan akan berkoordinasi dengan sejumlah negara dengan pendekatan yang berbeda untuk masing-masing kasus. China, selaku importir terbesar minyak dari Iran, belum berkomitmen untuk mengikuti permintaan AS.
"Sanksi tersebut mencoba untuk sedikit lebih mengisolasi Iran, dan hal itu berpotensi memangkas lebih banyak pasokan minyak mentah global secara keseluruhan," ujar Analis Investasi Regional Bagian Manajemen Kekayaan Bank US Mark Watkins.
Menurut Watkins, berkurangnya pasokan minyak mentah global bakal mendorong harga minyak lebih tinggi.
Permintaan AS diikuti oleh keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada pekan lalu untuk mengerek produksi. Hal itu dilakukan demi menjaga stabilitas harga minyak yang telah terdongkrak lebih dari 40 persen sejak tahun lalu.
Tahun ini, harga minyak mengalami reli kenaikan akibat ketatnya pasar menyusul tingginya permintaan dan implementasi kebijakan pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC dan negara produsen minyak lain, termasuk Rusia.
Harga juga ditopang oleh gangguan pasokan yang terjadi di Kanada, Libya, dan Venezuela.
Selanjutnya, harga minyak mentah berjangka AS mengalami kenaikan usai Genscape merilis data merosotnya stok minyak mentah di hub pengiriman Cushing, Oklahoma, sebesar 3,1 juta barel di pekan yang berakhir 26 Juni 2018.
Premi harga minyak WTI awal bulan dengan bulan kedua melonjak menyusul dirilisnya data tersebut ke level US$1,81. Sementara itu, selisih antara harga WTI dan Brent menyempit ke level US$3,92 per barel, terkecil sejak tiga bulan terakhir.
Sebenarnya, tidak semua indikator menunjukkan pengetatan pasar. Pasalnya, produksi minyak mentah AS naik hampir mendekati 11 juta barel per hari (bph). Arab Saudi juga diperkirakan bakal mengerek produksinya menjadi 11 juta bph dalam waktu dekat.
Namun, para analis mengingatkan bahwa pasar memiliki sedikit kapasitas yang tersisa untuk menghadapi gangguan lebih jauh.
"Dengan stok yang masih menurun dan rendahnya kapasitas yang tersisa, bantalan yang ada sangat kecil untuk menghadapi gangguan pasokan yang disebabkan oleh meningkatkan risiko geopolitik," ujar Bank ANZ.
(lav)