Pasarkan Produk KIK EBA, Garuda Incar Dana Rp 4 Triliun

Agustiyanti & Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Jumat, 06 Jul 2018 20:40 WIB
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menerbitkan instrumen investasi kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK-EBA) guna memperoleh dana segar Rp4 triliun.
Ilustrasi Garuda Indonesia. (Foto: CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menerbitkan instrumen investasi kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK-EBA) dengan target raihan dana mencapai Rp4 triliun. Penerbitan instrumen yang sudah masuk dalam masa book building ini, ditawarkan dengan bunga 8,75 persen hingga 9,5 persen dengan jangka waktu lima tahun. 

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Nugraha Mansury mengatakan dana tersebut rencananya digunakan untuk menata ulang (reprofilling) utang perusahaan. Saat ini, menurut dia sebagian besar utang perusahaan berjangka waktu pendek, berkisar antara satu sampai dua tahun. Namun, beberapa surat utang (obligasi) yang diterbitkan perusahaan baru akan jatuh tempo 23 tahun mendatang.

"Kami ingin memastikan profil masa jatuh tempo dari kewajiban yang kami miliki bisa diperpanjang, misalnya dari satu sampai dua tahun menjadi lima tahun," kata Pahala, Jumat (6/7).


Pahala yakin penerbitan KIK EBA Garuda akan mendapatkan respon positif dari pasar. Pasalnya, selain menawarkan bunga menarik, instrumen tersebut beragunkan pendapatan tiket rute penerbangan Jeddah dan Madinah sebagai agunan yang digunakan dalam penerbitan KIK EBA tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Pahala, rute penerbangan tersebut cukup menawarkan keuntungan besar bagi Garuda.

"Indonesia sebagai negara muslim menjadikan rute Jeddah dan Madinah cukup baik dan diharapkan ada ketertarikan masyarakat untuk melakukan pembelian KIK EBA ini," kata Pahala.

Mengacu laporan keuangan perusahaan pada kuartal I 2018, jumlah liabilitas atau kewajiban Garuda Indonesia mencapai US$3,08 miliar.



Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan kuartal I 2017 yang hanya US$2,82 miliar.

Sementara itu, Garuda Indonesia tiga bulan pertama tahun ini masih merugi sebesar US$64,3 juta. Jumlah itu turun dari posisi sebelumnya sebesar US$101,2 juta.

Meski masih membukukan kerugian, tetapi Pahala optimis bisa untung secara tahunan pada penghujung 2018. Garuda Indonesia menargetkan dapat meraup untung US$8,7 juta pada Desember 2018, sedangkan Garuda Indonesia Grup melalui Sky Beyond 3.5 menargetkan keuntungan US$170 juta.

"Kalau dilihat kuartal ketiga kami bisa untung, kami berusaha jaga kelancaran operasional karena kalau tak lancar tak akan peroleh pendapatan," pungkas Pahala.

(agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER