Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia
(BI) menyebut
pelemahan rupiah ke kisaran Rp14.500 pada akhir pekan ini tidak disebabkan oleh respon negatif pasar atas kebijakan mereka dalam mempertahankan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate di level 5,25 persen Kamis 919/7) kemarin.
Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan pelemahan lebih diakibatkan oleh perkembangan arah ekonomi Amerika Serikat (AS) terutama setelah Presiden Donald Trump mengkritik kebijakan bank sentral Amerika The Fed.
Kritik tersebut menunjukkan adanya kontradiksi kebijakan ekonomi antara pemerintah AS dengan The Fed. Masalah tersebut menimbulkan ketidakpastian bagi negara berkembang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erwin mengatakan bahwa ketidakpastian tersebut membuat dolar AS serentak menguat terhadap sejumlah mata uang negara berkembang.
"Dari sisi domestik tidak ada masalah, masalahnya ada pada pertentangan sikap antara Trump dengan Fed," katanya seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/7).
Arah perkembangan ekonomi AS menimbulkan gejolak di pasar pekan ini.
Kondisi tersebut terjadi setelah Gubernur The Fed Jerome Powel mengindikasikan bahwa The Fed akan konsisten menaikkan suku bunga acuan mereka sebanyak empat kali 2018 ini.
Rencana tersebut, mendapatkan kritik dari Trump. Ia menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan bisa menghambat percepatan pemulihan ekonomi AS.
Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate BI Jumat (20/7) menunjukkan rupiah diperdagangkan di Rp14.520 per dolar AS, melemah 102 poin dibanding acuan Kamis (19/7) yang sebesar Rp14.418 per dolar AS.
(antara)