PTBA Klaim Pinjaman Akuisisi Freeport Tak Bebani Keuangan

Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Senin, 23 Jul 2018 15:55 WIB
PTBA mengklaim pinjaman yang bakal ditarik induk usahanya, PT Inalum untuk mengakuisisi saham Freeport tak akan membebani neraca keuangan perusahaan.
PTBA mengklaim pinjaman yang bakal ditarik induk usahanya, PT Inalum untuk mengakuisisi saham Freeport tak akan membebani neraca keuangan perusahaan. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengklaim pinjaman yang bakal ditarik induk usahanya, PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) atau Inalum untuk mengakuisisi saham Freeport McMoran dan Rio Tinto pada PT Freeport Indonesia tak akan membebani keuangan perseroan.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengungkapkan pihaknya berkontribusi tak langsung pada rencana Inalum untuk mengambilalih saham Freeport. Salah satunya, menurut dia, pada neraca keuangan holding pertambangan yang disumbang oleh sekitar 60-70 persen laba PTBA.

"Divestasi Freeport Indonesia kan akan didanai pinjaman dari 11 bank, nah mereka mau biayai tentu melihat laporan keuangan holding. Ini yang memperkuat keuangan holding karena ada Bukit Asam, ya mohon maaf memang faktanya begitu," ungkap Arviyan, Senin (23/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arviyan bahkan mengklaim PTBA cukup mampu mengakuisisi 51 persen saham Freeport Indonesia tanpa bantuan holding pertambangan.

"Intinya kontribusi langsung tidak ada, tapi kontribusi secara tidak langsung ada. Kami perannya lebih besar dibanding yang lain," jelas Arviyan.


Ia pun menekankan dampak pinjaman holding pertambangan untuk membiayai akuisisi Freeport Indonesia tak akan mempengaruhi neraca keuangan perusahaan, khususnya debt to equity ratio (DER).

"Tidak, tidak pengaruh," imbuh Arviyan.

Merujuk laporan keuangan emiten semester I 2018, Bukit Asam mencatatkan kenaikan laba bersih 49 persen sepanjang pertengahan tahun ini menjadi Rp2,58 triliun dibandingkan dengan semester I 2017 sebesar Rp1,72 triliun.

Sementara, jika Freeport Indonesia sudah resmi menjadi anggota holding pertambangan. Arviyan mengatakan perusahaan bisa memanfaatkan momen tersebut untuk belajar mengembangkan industri pertambangan langsung dengan Freeport Indonesia, sebagai anak usaha dari Freeport Mc-Moran.

"Kami bisa belajar bagaimana membuat tambang sedalam 600 kilometer (km) dan mau 1.000 km, kalau teknologi itu sudah dapat nanti bisa dipakai untuk membangun tambang yang dalam," papar Arviyan.


Sebelumnya, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan untuk menggunakan pinjaman dari bank asing dalam memenuhi pendanaan pengambilalihan saham Freeport Indonesia.

Budi mengaku perusahaan telah mendapatkan penawaran dari 11 bank untuk memberikan pinjaman divestasi tersebut. Hanya, saja ia belum bisa memutuskan bank mana saja yang akan memberikan pinjaman.

Pertimbangan Inalum memang jatuh pada bank asing karena jika menggunakan bank lokal, dikhawatirkan akan ikut menekan neraca pembayaran Indonesia. Maklum, perusahaan akan meminjam dana berbentuk valuta asing (valas), sedangkan nilai tukar rupiah masih terus tertekan.

"Kalau dolar keluar, rupiah akan memburuk. Ini kan biayanya di luar negeri, jadi kalau bisa dolarnya jangan dari dalam negeri," ucap Budi belum lama ini. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER