REKOMENDASI SAHAM

Akuisisi Freeport Bawa Hoki bagi Saham ANTM dan PTBA

Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Senin, 16 Jul 2018 08:19 WIB
Usai perjanjian pendahuluan pengalihan saham PT Freeport Indonesia kepada PT Inalum diteken pada Kamis (12/7), harga saham ANTM, TINS, dan PTBA melonjak.
Usai perjanjian pendahuluan pengalihan saham PT Freeport Indonesia kepada PT Inalum diteken pada Kamis (12/7), harga saham ANTM, TINS, dan PTBA melonjak. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jalan panjang pemerintah menguasai saham PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga 51 persen makin mendekati garis finis usai penandatanganan Perjanjian Pendahuluan (Head of Agreement/HoA) pekan lalu.

Pelaku pasar pun tak tutup mata terhadap penandatanganan yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan Freeport Mc-Moran tersebut. Apalagi, pemerintah melibatkan induk holding pertambangan, PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum (Persero) dalam pengambilan saham Freeport Indonesia.

Sontak, harga saham ketiga perusahaan tambang yang berada di bawah Inalum melaju kencang sejak penandatanganan perjanjian itu dilakukan pada Kamis (12/7). Ketiga perusahaan tersebut, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga Jumat (13/7), saham ANTM melonjak 7,6 persen ke level 910. Saham TINS terkerek 4,29 persen ke level 850. Sementara saham ANTM naik 2,45 persen ke level 4.170, setelah sempat melonjak ke level 4.230 pada hari sebelumnya.

Analis Lotus Andalan Sekuritas Krishna Setiawan mengatakan euforia pelaku pasar terhadap emiten yang tergabung dalam holding pertambangan akan berlanjut pekan ini.

Krishna memprediksi maraknya aksi beli pelaku pasar khususnya terjadi pada saham Bukit Asam dan Aneka Tambang.

"Ada dampak jangka pendek berupa euforia pelaku pasar karena pengambilan saham Freeport Indonesia ini merupakan penantian yang sudah cukup lama," ujar Krishna kepada CNNIndonesia.com, Senin (16/7).

Maklum, jika Inalum sudah resmi mengempit saham Freeport Indonesia, maka bukan tidak mungkin kinerja keuangan emiten yang masuk dalam holding pertambangan akan meningkat.

"Kalau (akuisisi Freeport) tidak menguntungkan untuk emiten di bawah Inalum, tidak akan diakuisisi," kata Krishna.

Sementara, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat menilai Aneka Tambang akan mendapatkan manfaat terbesar bila Inalum resmi mengakuisisi 51 persen saham Freeport Indonesia.

Ini lantaran Aneka Tambang dan Freeport Indonesia bergerak dalam bisnis yang sama, yaitu tambang emas. Aneka Tambang bisa bersinergi dengan Freeport Indonesia dalam memanfaatkan lumpur anoda atau anoda slime.

"Lumpur anoda itu dimiliki Freeport Indonesia yang merupakan material sisa pemurnian tembaga. Nah materian sisa itu bisa diolah menjadi emas batangan," ucap Kevin.

Dengan memanfaatkan lumpur anoda milik Freeport Indonesia, kata Kevin, jumlah emas yang diproduksi Aneka Tambang setiap tahunnya akan meningkat karena tak membutuhkan waktu lama untuk mengolah lumpur anoda menjadi emas batangan.

"Ini misalnya ya saya kasih contoh, misalnya untuk satu tahun produksi emas 20 juta ton, tapi dengan lumpur anoda maka bisa lebih dari 20 juta ton," jelas Kevin.

Kemudian, Kevin mengaku belum melihat potensi kerja sama yang signifikan antara Bukit Asam dan Timah dengan Freeport Indonesia karena segmen bisnisnya berbeda.

Namun begitu, ia tetap optimis dampak penandatanganan perjanjian pengambilalihan saham Freeport Indonesia melalui Inalum tetap akan berdampak positif pada Bukit Asam. Dengan demikian, saham tambang batu bara itu masih akan menjadi incaran pelaku pasar pekan ini.

"Tapi kalau Timah saya belum rekomendasikan, jadi baru Aneka Tambang dan Bukit Asam dulu karena volume perdagangan sahamnya memang tinggi, kalau Timah volume perdagangannya kecil," papar Kevin.
Tambang Freeport. (Dok. PT Freeport Indonesia)

Tak Cuma Gara-Gara Freeport

Menurut Kevin, harga saham Aneka Tambang dan Bukit Asam tetap akan naik pekan ini sekalipun tanpa perkembangan rencana akuisisi pemerintah terhadap saham Freeport Indonesia.

Ekspektasi pelaku pasar terhadap peningkatan kinerja keuangan Aneka Tambang dan Bukit Asam semester I 2018 akan menopang pergerakan saham keduanya.

Optimisme pelaku pasar dipengaruhi oleh kondisi keuangan kedua emiten ini pada kuartal I 2018 yang kompak mencatatkan kinerja cemerlang.

"Jarang emiten-emiten itu kuartal I 2018 naiknya sudah tinggi," tutur Kevin.

Pada kuartal I 2018, laba bersih Aneka Tambang melonjak hingga 3.602 persen menjadi Rp245,67 miliar.

Kemudian, laba bersih Bukit Asam tiga bulan pertama tahun ini juga tercatat tembus Rp1,45 triliun. Laba tersebut naik 66,64 persen dari posisi kuartal I 2017 sebesar Rp870,82 miliar.

"Dengan kenaikan harga komoditas emas dan batu bara ini juga jadi sentimen ya terlepas dari Freeport Indonesia," tandas Kevin.

Kendati sejumlah analis efek merekomendasikan saham Aneka Tambang dan Bukit Asam, tetapi pelaku pasar tetap harus berhati-hati terhadap berbagai sentimen di pasar.


Kevin menilai dua saham itu akan terkoreksi terlebih dahulu pada awal pekan karena sebagian pelaku pasar akan melakukan aksi ambil untung (profit taking) pada saham Aneka Tambang dan Bukit Asam.

Maklum, harga saham keduanya sudah cukup tinggi sejak Kamis (12/7) kemarin. Saham Bukit Asam sendiri sebenarnya sudah koreksi pada Jumat (13/7) sebesar 1,42 persen ke level Rp4.170 per saham karena hari sebelumnya sudah melambung hingga ke level Rp4.230 per saham.

Sementara, saham Aneka Tambang masih terus menanjak pada akhir pekan lalu sebesar 5,81 persen menjadi Rp910 per saham dari sebelumnya Rp860 per saham.

"Pelaku pasar ada peluang buy on weakness (beli pada harga rendah). Jadi menunggu koreksi dulu setelah itu baru beli," ujar Kevin.

Jika dilihat dalam satu pekan ini, lanjut Kevin, harga saham Aneka Tambang berpeluang ke arah Rp4.300 per saham dan Aneka Tambang bergerak ke level Rp950 per saham.


Beban Utang

Di tengah euforia pelaku pasar atas perjanjian baru antara Inalum dengan Freeport Mc-Moran, Krishna mengingatkan beban utang Aneka Tambang, Bukit Asam, dan Timah bisa saja bertambah untuk membiayai akuisisi Freeport Indonesia.

"Sebagai induk holding kan Inalum memiliki kewenangan untuk membagi beban ke emiten di bawah holding pertambangan," terang Krishna.

Saat ini, pemerintah baru menggenggam 9,36 persen saham Freeport Indonesia,. Sementara, total dana yang dibutuhkan agar kepemilikan saham bertambah menjadi 51 persen, yakni US$3,85 miliar atau setara dengan Rp55 triliun (kurs Rp14.000 per dolar Amerika Serikat).

"Saya rasa itu akan ditanggung renteng karena tidak mungkin Inalum sendirian. Inalum tidak akan sanggup meminjam sendirian," sambung Krishna.


Makanya, pelaku pasar perlu mengikuti perkembangan terkait kepastian skema pengambilalihan saham Freeport oleh Inalum ke depannya.

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan proses transaksi divestasi 51 persen saham Freeport Indonesia dapat direalisasikan pada akhir Agustus 2018.

Budi menyebut pihaknya akan menggunakan pinjaman perbankan untuk mencaplok saham Freeport Indonesia. Ia mengklaim telah menerima penawaran pinjaman dari sejumlah perbankan dengan total US$5,2 miliar.

"Yang sudah ditawarkan ke kami lebih besar dari yang kami butuhkan," kata Budi.

Budi menambahkan, penawaran pinjaman itu diberikan oleh 11 bank yang terdiri dari bank asal Indonesia dan bank asing. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER