Jakarta, CNN Indonesia -- Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada Rabu (1/8). Keputusan ini diambil di tengah kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra-mitra dagangnya.
The Fed mempertahankan kisaran target suku bunga acuan, federal funds rate (FFR) di 1,75 hingga 2,00 persen. Bank sentral mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua harinya.
Bank sentral mencatat pasar tenaga kerja AS "terus menguat" dan kegiatan ekonomi "telah meningkat pada tingkat yang kuat" sejak para pembuat kebijakan bertemu pada Juni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada basis 12 bulan, baik inflasi secara keseluruhan maupun inflasi untuk barang-barang selain makanan dan energi tetap mendekati 2,00 persen," kata The Fed seperti dikutip
Antara. Hal ini menunjukkan keyakinannya bahwa inflasi AS akan bergerak menuju targetnya 2,00 persen.
Pertemuan The Fed digelar setelah produsen di seluruh Amerika Serikat menyatakan kekhawatiran yang tinggi bahwa tarif baru pemerintahan Trump akan menaikkan harga dan mengganggu rantai pasokan.
"Produsen di semua Distrik (The Fed) menyatakan keprihatinan tentang tarif dan di banyak Distrik melaporkan harga yang lebih tinggi dan gangguan pasokan yang mereka kaitkan dengan kebijakan perdagangan baru," kata The Fed Juli lalu dalam survei terbaru tentang kondisi-kondisi ekonomi, yang dikenal sebagai Beige Book.
Pemerintahan Trump telah memberlakukan tarif tinggi untuk produk baja dan aluminium impor atas dasar keamanan nasional. Hal ini memicu penentangan yang kuat dari komunitas bisnis domestik dan tindakan pembalasan dari mitra dagang AS.
"Jika proses ini mengarah ke dunia dengan tarif lebih tinggi pada berbagai barang dan jasa yang diperdagangkan, dan itu dipertahankan untuk jangka waktu yang lebih lama ... itu akan berdampak buruk bagi perekonomian kita," kata Ketua Fed Jerome Powell kepada anggota parlemen bulan lalu.
Powell mengatakan kekhawatiran tentang kebijakan perdagangan pemerintahan Trump "mungkin juga" berdampak pada upah AS dan pengeluaran modal, meskipun belum muncul dalam angka-angka.
"Kami telah mendengar serentetan kekhawatiran yang sekarang mulai berbicara tentang rencana belanja modal (capital expenditure) yang ditangguhkan untuk saat ini," katanya.
Namun Powell percaya masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana kebijakan perdagangan akan mempengaruhi kebijakan moneter The Fed, karena "sulit untuk memprediksi" hasil akhir dari diskusi saat ini mengenai kebijakan perdagangan serta ukuran dan waktu efek ekonomi dari stimulus fiskal.
Untuk saat ini, "cara terbaik untuk maju" bagi bank sentral adalah dengan terus meningkatkan suku bunga federal funds, katanya.
The Fed pada Juni menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini, dan mencatat dua kenaikan suku bunga lagi untuk tahun ini. Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga lagi pada September dan Desember.
(antara/pmg)