Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan jumlah
Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia mengalami peningkatan tak lebih dari 17 persen sepanjang semester I 2018.
Hanif mengatakan jumlah TKA dalam enam bulan pertama bertambah seiring realisasi investasi yang ikut meningkat, terutama proyek yang berupa Penanaman Modal Asing (PMA).
Namun, ia menjamin posisi TKA saat ini belum menyentuh 100 ribu orang. Adapun, data Kementerian Ketenagakerjaan terakhir menyebut jumlah TKA per akhir 2017 mencapai 85.974 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu ada peningkatan jumlah TKA hingga semester I 2018, tapi jumlah totalnya masih jauh dari 100 ribu orang," terang Hanif ditemui di Kantor Staf Presiden, Selasa (7/8).
Menurut dia, kenaikan jumlah TKA ini bukan serta merta merupakan imbas dari permudahan izin tenaga kerja asing melalui Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018. Intinya, kehadiran TKA dipengaruhi oleh faktor selain regulasi.
Pertama, jumlah tenaga kerja Indonesia yang punya keahlian khusus sangat terbatas. Terkadang, proyek PMA membutuhkan tenaga kerja dengan spesifikasi tertentu, dan tak dimiliki tenaga kerja lokal.
Meski begitu, ia tak memungkiri jika kualifikasi tenaga kerja Indonesia juga memadai. Hanya saja, yang menjadi tantangan Indonesia saat ini adalah jumlah tenaga kerja ahli yang sangat minim. Sebab, 60 persen dari 133 juta angkatan kerja di Indonesia disebutnya hanya berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Kalau kualitas pekerja Indonesia ini pasti semuanya ada. Tenaga kerja mau seperti apa, pasti tersedia. Nah, tapi jumlah pekerja skill ini yang jadi tantangan kami. Selain itu, persebarannya juga tak merata, pekerja di daerah remote tentu berbeda dibanding perkotaan," jelas Hanif.
TKA Jangan Jadi 'Senjata' PolitikMelihat kondisi saat ini, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berharap isu TKA ini tidak dijadikan alat untuk mobilisasi kepentingan politik semata. Ia pun meminta masyarakat tak mudah terprovokasi atas isu ini karena data pemerintah mengatakan sebaliknya.
Ia mengambil contoh proyek smelter nikel di Indonesia Morowali Industrial Park yang hanya menggunakan 3.121 TKA atau hanya 10,9 persen dari total 25 ribu tenaga kerja di sana. Melihat hal tersebut, Moeldoko menjamin kesempatan tenaga kerja Indonesia justru menjadi prioritas.
"TKA ini jangan digunakan untuk mobilisasi kepentingan politik karena tidak akan selesai. Saya ingin ada pemahaman bersama bahwa masyarakat jangan resah dan skeptis, serta jangan terprovokasi karena kondisinya seperti yang tidak digambarkan bahwa ada jutaan tenaga asing yang menyerbu Indonesia," pungkas Moeldoko.
Jumlah TKA hingga akhir 2017 berada di angka 85.974 orang atau meningkat 14,91 persen dari posisi akhir 2016 yakni 74.813 orang. Dari jumlah tersebut, TKA asal China terbilang mendominasi dengan jumlah 24.804 orang, atau 28,85 persen dari total TKA.
(lav)