Pemerintah Berencana Bentuk Badan Pengelola Dana Kopi

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 08 Agu 2018 15:03 WIB
Pemerintah berencana membuat lembaga khusus penghimpunan dana demi mengembangkan produktivitas kopi, seperti yang saat ini sudah dimiliki industri sawit.
Ilustrasi biji kopi. ( REUTERS/Y.T. Haryono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah berencana membuat lembaga khusus penghimpun dana demi mengembangkan produktivitas kopi. Lembaga ini nantinya akan meniru Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pembentukan lembaga ini dimaksudkan untuk menghimpun dana demi kegiatan riset dan pengembangan komoditas kopi. Dalam pembentukannya, ia ingin mencontoh kelembagaan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit.

Namun, karena ini masih berbentuk wacana, maka pemerintah akan mengajak stakeholder kopi terlebih dulu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami memang berusaha untuk ada semacam BPDP di kelapa sawit, tapi ya karena kopi itu harganya cukup baik, ini masih perlu diajak ngobrol pihak-pihak terkaitnya," jelas Darmin, Rabu (8/8).

Ia mengaku bahwa ini bukanlah gagasan baru. Rencana pembentukan badan ini sudah lama digagas melihat efektivitas implementasi pencampuran biodiesel ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar (mandatori biodiesel) usai pembentukan BPDP Sawit.

Namin, ia juga juga tak menampik bahwa pembentukan badan ini akan menemui hambatan karena sebagian besar produsen kopi adalah petani rakyat. Menurut data yang dimilikinya, areal kebun kopi yang ada di Indonesia saat ini mencapai 1,25 juta hektare (ha), terdiri dari kopi robusta seluas 0,91 juta ha dan arabika 0,34 juta ha.


Dari luas lahan tersebut, 96 persen lahan robusta dimiliki petani sementara 96,5 persen lahan arabika juga dimiliki oleh petani.

"Ini tidak mudah juga. Pokoknya pemerintah mencoba mencari jalan nanti duduk dengan eksportir hingga perusahaan yang ada," jelas dia.

Menurut dia, pusat riset dan pengembangan produktivitas kopi sangat penting karena Indonesia memiliki potensi kopi yang tak main-main. Saat ini, Indonesia memiliki varietas kopi terbanyak mencapai 21 varietas. Namun, produktivitasnya masih rendah.

Produktivitas kopi petani untuk robusta hanya 0,53 ton per ha, padahal potensinya bisa mencapai 2 ton per ha. Sementara untuk kopi arabika, produktivitasnya hanya sebesar 0,55 ton per ha dengan potensi maksimal mencapai 5 ton per ha.

Rendahnya produktivitas ini juga tak terlepas dari membuncahnya tanaman kopi yang butuh peremajaan. Idealnya, setiap tahun diperlukan fasilitasi peremajaan sebesar 4 persen dari luas areal kebun kopi, atau 34.866 ha untuk robusta dan 13.090 ha untuk arabika.


Hanya saja, saat ini kondisi kebun kopi petani yang harus diremajakan sudah sangat luas akibat terlambat pelaksanaan peremajaan. Kini, luas lahan robusta dan arabika yang perlu diremajakan masing-masing seluas 103.559 ha dan arabika 37.012 ha.

"Rendahnya produktivitas menyebabkan petani mendahulukan hidup keluarga kemudian yang menjadi pilihan yang mau tidak mau ditempuh oleh petani. Makanya, kami akan mendorong research di bidang itu, bagaimana budi daya kopi yang benar," jelas Darmin.

Menurut data International Coffee Organizzation (ICO), produksi kopi Indonesia di tahun 2017 mencapai 10,9 juta karung kopi 60 kilogram (kg) atau setara 654.120 ton. Angka ini terbilang menurun ketimbang tahun sebelumnya, yakni 689.460 ton.

Indonesia sendiri menempati produsen kopi keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. (agi)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER