Minyak Tertekan Perang Dagang dan Penurunan Permintaan China

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 09 Agu 2018 07:18 WIB
Harga minyak dunia pada Rabu (8/8) waktu Amerika Serikat (AS) tertekan akibat sentimen perang dagang dan penurunan permintaan energi dari China.
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia merosot pada perdagangan Rabu (8/8), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan dipicu oleh meningkatnya ketegangan perang dagang antara AS - China. 

Pelemahan juga dipicu oleh perlambatan permintaan energi dari China. Dilansir dari Reuters, Kamis (9/8), harga minyak mentah berjangka Brent merosot US$2,37 atau 3,17 persen menjadi US$72,28 per barel.

Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermerdiate (WTI). Harga minyak jenis ini anjlok sebesar US$2,23 atau 3,22 persen menjadi US$66,94 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga WTI sempat tertekan hingga ke level US$66,32 selama sesi perdagangan berlangsung. Harga tersebut merupakan yang terendah sejak 22 Juni 2018 lalu.

Sebagaimana diketahui, China memberlakukan tarif impor tambahan sebesar 25 persen terhadap sekitar US$16 miliar miliar produk impor dari AS; bahan bakar, baja, otomotif, hingga peralatan kesehatan.


Kebijakan tersebut telah membuat gusar pasar global. Investor khawatir perang dagang antara dua negara tersebut berpotensi memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi mereka sehingga dapat memangkas permintaan terhadap komoditas.

"Perang dagang AS-China akan memburuk, dan dampaknya terhadap harga minyak akan terjadi secara bertahap seiring perkembangan situasi," ujar Analis Energi Senior Interfax Energy Abhishek Kumar di London.

Kumar mengungkapkan minyak mentah dan kilang yang terdampak oleh tarif tambahan akan merosot daya saingnya di pasar China.

Impor minyak mentah China mulai membaik pada Juli lalu setelah merosot selama dua bulan berturut-turut. Namun, jumlah tersebut masih terbilang rendah mengingat ada penurunan permintaan dari kilang independen yang berskala kecil.

Data kepabeanan China menunjukkan, pengiriman ke importir minyak mentah terbesar dunia itu pada bulan lalu naik menjadi 8,48 juta barel per hari (bph) dari 8,18 juta bph pada Juli 2017 dan 8,36 juta bph pada Juni 2018. Kendati demikian, impor minyak mentah pada Juli lalu masih merupakan impor bulanan terendah ketiga sepanjang tahun ini.


Turut membebani harga minyak, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah di Negeri Paman Sam merosot 1,4 juta barel pada pekan terakhir, sekitar separuh lebih rendah dibandingkan ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan hanya akan mencapai 3,3 juta barel.

Stok bensin AS secara mengejutkan melonjak 2,9 juta barel, bukan penurunan sebesar 1,7 juta barel seperti yang diperkirakan analis dalam jajak pendapat Reuters.

"Penambahan stok yang berlebihan membebani seluruh sektor energi," ujar Analis Pasar Energi CHS Hedging LLC Anthony Headrick.

Di sisi lain, harga minyak mendapatkan topangan dari pengenaan sanksi AS terhadap Iran yang sebagian mulai diberlakukan pada Selasa (7/8) lalu. Mulai November mendatang, sanksi AS mulai membidik sektor perminyakan di Iran yang merupakan produsen terbesar ketiga di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Sebuah surat kabar Iran yang dikutip Reuters melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyatakan rencana AS untuk menekan ekspor minyak Iran ke level nol tidak akan berhasil.

(agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER