Harga Minyak Terdorong Sanksi AS Atas Iran

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 08 Agu 2018 07:23 WIB
Harga minyak mentah dunia terus beranjak naik terdorong oleh sanksi yang dikenakan Amerika Serikat terhadap Iran. Pasar khawatir sanksi ganggu pasokan minyak.
Ilustrasi. (REUTERS/Edgar Su)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Selasa (7/8), waktu Amerika Serikat (AS). Sanksi AS terhadap Iran yang menimbulkan kekhawatiran pasar bahwa pasokan minyak asal Iran akan berkurang telah mendorong penguatan harga komoditas tersebut.

Dilansir dari Reuters, Rabu (8/8), harga minyak mentah Brent naik US$0,9 atau 1,2 persen menjadi US$74,65 per barel. Selama sesi perdagangan berlangsung, harga Brent sempat menyentuh level US$74,9 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,16 atau 0,2 persen menjadi US$69,17 per barel. Harga WTI sempat menyentuh level US$69,83 per barel selama sesi perdagangan berlangsung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sanksi baru AS terhadap Iran resmi berlaku pada pukul 00:01 pada Selasa (7/8) kemarin. 
Sanksi tersebut mencakup pembelian dolar AS oleh Iran, perdagangan logam, batu bara, piranti lunak industri dan sektor otomotif.

Sanksi belum mengikutsertakan ekspor minyak Iran. Pada Juli lalu, Iran mengekspor hampir tiga juta barel per hari (bph).

Sanksi AS terhadap sektor energi Iran baru akan dikenakan kembali pada 4 November 2018.

"Hal ini tentunya menjadi pengingat bagi seluruh pihak bahwa AS serius soal pengenaan sanksi dan meragukan jika mereka akan mengabulkan keringanan," ujar Partner Again Capital Management John Kilduff di New York.



Selain sanksi terhadap Iran, pelaku pasar juga mencermati kondisi persediaan minyak AS. Berdasarkan polling analis Reuters, stok minyak AS diperkirakan akan merosot 3,3 juta barel pada pekan yang berakhir 3 Agustus 2018.

Harga minyak mentah berjangka kembali menguat pada perdagangan pasca penutupan (post-settlement) dengan harga WTI terkerek menjadi US$69,07 per barel. Penguatan terjadi setelah Institut Perminyakan Amerikan (American Petroleum Institute/ API) menunjukkan penurunan stok minyak AS sebesar enam juta barel pada pekan lalu.

Menurut Kilduff, meski mendapat dorongan dari pengenaan sanksi Iran, kenaikan harga minyak dunia masih terbatas mengingat pelaku pasar belum mendapatkan gambaran yang jelas mengenai seberapa besar dampak pengenaan sanksi AS terhadap produksi minyak Iran nantinya.

Dalam cuitan di akun Twitter resmi, Presiden AS Donald Trump menyebut sanksi yang dikenakan AS tersebut merupakan "sanksi paling menggigit yang pernah dikenakan".

"Siapapun yang berbisnis dengan Iran TIDAK akan berbisnis dengan Amerika Serikat," ujar Trump.

Banyak negara-negara di Eropa, China, dan China yang menentang pengenaan sanksi tersebut. Namun, pemerintah AS menginginkan sebanyak mungkin negara yang menghentikan pembelian minyak dari Iran.

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menyatakan bahwa Irak menentang pengenaan sanksi terhadap Iran tetapi akan mengikuti sanksi tersebut untuk melindungi kepentingan nasionalnya.

"Pasar terus memasukkan risiko geopolitik dari pengenaan kembali sanksi AS terhadap Iran," ujar Wakil Kepala Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian di Stamford, Connecticut.

Di sisi lain, laporan penurunan produksi minyak Arab Saudi pada Juli lalu memberikan sokongan kepada pasar.

Jumat (3/8) lalu, dua sumber dari OPEC menyatakan bahwa produksi minyak mentah Arab Saudi turun sekitar 200 ribu bph pada bulan lalu. Padahal, sebelumnya Arab Saudi dan Rusia menyatakan bakal mengerek produksi minyak pada Juli, dengan Arab Saudi menjanjikan kenaikan pasokan yang terukur.

Sementara, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menyatakan bahwa laju kenaikan produksi minyak mentah AS akibat menanjaknya produksi minyak shale kemungkinan akan melambat seiring penurunan harga minyak.

EIA memperkirakan bahwa produksi minyak AS bakal naik 1,31 juta bph menjadi 10,68 juta bph pada 2018, melambat dari proyeksi bulan lalu yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,44 juta bph menjadi 10,79 bph.

"Kami terus memperkirakan harga spot minyak mentah Brent akan merosot ke level US$70 per barel pada akhir 2018, seiring pasar yang sepertinya akan semakin seimbang pada beberapa bulan ke depan," ujar Administrator EIA Linda Capuano.








(agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER