Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (
ESDM) meminta PT Pertamina (Persero) fokus menggarap Wilayah Kerja (WK) Blok Mahakam di Kalimantan Timur dan Blok Rokan di Riau, alih-alih mengincar blok minyak dan gas bumi (migas) baru yang berskala kecil.
"Produksi Rokan itu besar. Kalau mengurus yang kecil repot, habis tenaga, pikiran hasilnya kecil," ujar Direktur Jenderal Migas Djoko Siswanto di kantor Kementerian ESDM, Jumat (10/8).
Per Semester I 2018, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat rata-rata lifting minyak di Blok Rokan mencapai 207,15 ribu barel per hari (bph) atau sekitar 27 persen dari total lifting nasional yang mencapai 770,9 ribu bph.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pembanding, lifting minyak PT Pertamina EP, anak usaha sektor hulu terbesar Pertamina, pada paruh pertama tahun ini hanya 70,03 ribu bph.
Pertamina akan mengelola Blok Rokan mulai 2021 setelah kontrak bagi hasil (PSC) dengan kontraktor eksisting PT Chevron Pacific Indonesia.
Sementara itu, Blok Mahakam mencapai 46,38 ribu bph atau sekitar 6 persen dari total lifting minyak. Pertamina telah mengambil alih operasional Blok Mahakam sejak awal Januari 2018 lalu.
Produksi di kedua blok, lanjut Djoko, telah berada di fase penurunan. Untuk itu, Pertamina harus berupaya untuk menjaga level produksi dengan memperlambat laju penurunan atau bahkan meningkatkan produksi.
"Sekarang Pertamina punya puluhan WK, dibandingkan produksi Rokan masih kalah. Lebih baik fokus yang mana?" ujarnya.
Pertamina telah melirik sejumlah blok migas. Direktorat Jenderal Migas telah menerima surat Pertamina untuk mengakses data blok migas yang masa kontraknya akan berakhir pada 2023, di antaranya Blok Corridor, Sumatera Selatan dan Blok Jabung, Jambi.
Saat ini, Blok Corridor dikelola oleh ConocoPhillips dan Blok Jabung dikelola oleh PetroChina, Petronas Carigali, PHE Jabung, dan PTPP Oil & Gas.
(lav)