Jakarta, CNN Indonesia -- Penggunaan
uang elektronik dan
dompet digital kini sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di kota besar. Apalagi, penyelenggara layanan ini terus bertambah dari waktu ke waktu.
Dompet digital yang ada saat ini, di antaranya
Go-Pay milik PT Aplikasi Karya Anak Bangsa, OVO milik PT Visioner Internasional, T-Cash milik PT Telekomunikasi Seluler.
Kehadiran layanan dompet digital bertujuan agar transaksi pembayaran masyarakat kian mudah dan cepat. Namun, kemudahan di ujung jari yang dihadirkan, tak jarang membuat penggunanya jadi boros.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, bagaimana cara jitu menggunakan layanan dompet digital ini?
Tejasari Assad, Perencana Keuangan Tatadana Consulting menjelaskan, dalam mengelola uang di dompet digital sebaiknya petakan kebutuhan lebih dulu. Anda harus tahu berapa nilai saldo yang harus disimpan dan penggunaannya untuk pos pengeluaran apa.
Misalnya saja, jika dompet digital hanya digunakan untuk membayar transportasi dengan perRp15 ribu per hari, maka sebaiknya Anda menyediakan saldo Rp150 ribu untuk memenuhi kebutuhan pembayaran selama dua minggu (10 hari kerja).
"Jadi uang yang dimasukkan ke dompet digital sekitar Rp150 ribu saja, atau Rp175 ribu untuk jaga-jaga, tapi tidak perlu terlalu besar," ujar Teja kepada CNNIndonesia.com, Jumat (10/8).
Nah, kalau ternyata penggunaan dompet digital tak sekedar untuk membayar ongkos transportasi, tetapi juga untuk memesan makanan, beli pulsa, bayar tagihan lainnya, maka jumlah saldo tinggal disesuaikan saja dengan semua pengeluaran itu.
Namun, ia kembali menekankan sebaiknya saldo dompet digital tak berlebihan karena berisiko memicu sifat konsumtif. Maklum saja, promo yang ditawarkan tak jarang membuat pengguna jadi boros.
"Padahal sebenarnya tidak butuh-butuh amat, tapi karena promo, ya sudah beli. Sekali, dua kali mungkin tidak apa, tapi bisa jadi ketagihan dan terlalu konsumtif,. Jadi harus bijak pilih promo juga," katanya.
Setelah memetakan apa saja kebutuhan, langkah selanjutnya ialah mengatur waktu pengisian saldo. Jurus ini perlu agar lagi-lagi meminimalisasi sifat konsumtif itu. Pengguna, katanya, bisa menjadwalkan pengisian saldo seminggu sekali atau sebulan sekali.
Selain dua jurus itu, ada juga jurus tambahan agar menambah keuntungan dari penggunaan dompet digital, yaitu dengan cermat memilih dan memaksimalkan promosi yang diberikan.
Misalnya, ketika ingin makan siang di sebuah restoran, tidak ada salahnya memilih restoran yang tengah bekerja sama dengan penyelenggaran dompet digital. Biasanya, akan ada promo berupa potongan harga atau diskon, beli satu gratis satu, beli dengan poin yang dikumpulkan, dan lainnya. Walhasil, jurus ini bisa sekaligus menghemat pengeluaran.
Tapi perlu diingat, jangan sampai banjir promo ini membuat pengguna tergiur dan lagi-lagi konsumtif. "Kalau makan di restoran dengan promo sebulan sekali, itu boleh, tapi kalau jadi tiap hari, ya pengeluaran bisa lebih besar. Padahal tidak perlu makan tiap hari di situ kan," tuturnya.
Mohammad Andoko, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning menambahkan dalam menggunakan uang elektronik di dompet digital, Anda sebaiknya mengedepankan kepentingan produktif.
Salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan promo dari dompet digital untuk makan di sebuah restoran dalam rangka rapat bersama rekan kerja.
"Bagi orang yang sering rapat di luar, ini tetap hitungannya produktif, karena dia memang perlu untuk rapat itu dan akan mendatangkan hasil di kemudian hari. Tapi keuntungannya, dia bisa menghemat biaya untuk kegiatan produktifnya itu," jelasnya.
Hal lain, misalnya, untuk amal atau sedekah. Pasalnya saat ini di dompet digital tertentu, ada promo tukar poin sebagai bentuk donasi membantu korban bencana alam. Menurutnya, pengeluaran sosial tetap bisa dilakukan, tapi dengan cara yang lebih efisien tanpa mengurangi makna sosial tersebut.
InvestasiKendati begitu, Teja dan Andoko menilai fitur beragam yang ditawarkan dompet digital tak seluruhnya perlu dicoba oleh pengguna. Misalnya fitur investasi.
Menurut Teja, hal ini karena dompet digital sejatinya tetap terbilang baru. Ia pun menilai, dompet digital masih terlalu dini untuk digunakan dalam melakukan investasi karena belum memiliki rekam jejak yang panjang.
Hal ini berbeda dengan instrumen investasi yang sudah lebih dikenal masyarakat. Selain informasinya sudah lebih banyak, rekam jejaknya pun sudah lebih umum diketahui sehingga Anda hanya perlu pintar-pintar mengukur taktik.
"Tapi kalau ini kan masih baru, apalagi instrumennya virtual ya, tidak pegang itu investasinya. Belum terbukti juga seberapa untungnya untuk investasi, jadi rasanya lebih baik investasi di instrumen yang sudah jelas saja," katanya.
Sementara Andoko, lebih menekankan pada masalah penambahan jumlah nilai investasi (top up). Sebab, ada beberapa jenis investasi yang menawarkan penambahan nilai investasi secara berkala. Namun, karena saldo dompet digital biasanya minim, maka penambahan nilai investasi bisa menyulitkan.
"Saran saya jangan untuk investasi. Lebih baik pakai rekening biasa saja di instrumen yang sudah lebih jelas. Takutnya sulit, apalagi kalau saldonya kosong dan hal-hal lain yang belum jelas aturannya," pungkasnya.
(agi)