Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) menggelar lelang blok minyak dan gas
(migas) tahap II 2018. Dalam lelang ini, mereka menawarkan enam blok migas kepada investor.
Blok migas tersebut terdiri dari tiga blok eksplorasi dan tiga blok produksi.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Djoko Siswanto merinci, untuk blok eksplorasi, blok yang akan ditawarkan Banyumas di Onshore Jawa Tengah, Blok Andika Bumi Kita (ABK) di Offshore Jawa Timur, dan Blok South East Mahakam di Offshore Sulawesi Barat.
Minimal bonus tanda tangan untuk masing-masing blok eksplorasi yang dilelang tersebut mencapai US$500 ribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, untuk blok migas yang telah berproduksi, yang akan dilelang adalah Blok Makassar Strait, Blok South Jambi B, dan Blok Selat Panjang. Untuk masing-masing blok produksi, pemerintah mensyaratkan minimal bonus tanda tangan sebesar US$5 juta.
Djoko mengatakan untuk eksplorasi, sebenarnya pemerintah telah menawarkan ketiga blok pada lelang reguler tahap pertama tahun ini. Sayangnya, calon kontraktor yang berminat untuk menggarap masing-masing blok mundur dengan tidak mengembalikan dokumen lelang.
"Kami lelang kembali karena badan usaha membutuhkan waktu panjang untuk mengevaluasi dokumen lelang," ujar Djoko Siswanto dalam konferensi pers di kantor Kementerian ESDM, Senin (13/8).
Sementara itu, untuk blok migas yang telah berproduksi, lelang dilakukan salah satunya karena investor tak berminat lagi mengajukan perpanjangan kontrak kerja sama.
Untuk Blok Makassar Strait, kontrak sebenarnya berakhir 2020 mendatang. Tapi, PT Chevron Indonesia, PT Pertamina (Persero) dan Sinopec tak mau lagi memperpanjang kontrak kerja sama mereka.
Sebagai informasi, per 1 Januari, jumlah cadangan minyak terbukti Blok Makassar Strait tercatat 1,8 juta barel dengan potensi 2,15 juta barel.
Untuk dapat mengelola Blok Makassar Strait, estimasi Komitmen Kerja Pasti (KKP) mencapai US$50 juta untuk lima tahun. Estimasi investasi tersebut mencakup kegiatan studi Geologi dan Geofisika (G&G) serta kegiata seismik tiga dimensi area seluas 600 kilometer persegi (km2).
Selanjutnya, Blok South Jambi B di Onshore Jambi merupakan lapangan yang utamanya menghasilkan gas dengan cadangan gas terbukti mencapai 217,2 BSCF. Pada 2004 - 2010, puncak produksi gas Blok South Jambi B mencapai 20 MMSCFD. Blok ini terakhir berproduksi pada dua tahun lalu.
Estimasi KKP dari pengelolaan Blok South Jambi B sebesar US$50 juta untuk kegiatan studi G&G, 1 Sumur Eksplorasi, Seismik 2D 300 km, dan seismik 3D 400 km2.
Sementara itu Blok Selat Panjang di Onshore Riau yang kontraknya akan habis pada 2021 kembali ditawarkan karena kontraktor eksisting, Petroselat Ltd, dinyatakan pailit. Sisa cadangan minyak terbukti Selat Panjang sebesar 4,3 juta barel dengan potensi sebesar 26,1 juta barel. Untuk gas, cadangan terbuktinya 47,8 BSCF dengan potensi mencapai 62 BSCF.
"Jika kembali dikelola, produksi minyak (Blok Selat Panjang) bisa mencapai 4 ribu barel per hari dan produksi gas bisa kembali ke 20 MMSCFD," ujar Djoko.
Estimasi KKP Blok Selat Panjang sebesar US$70 juta untuk kegiatan Studi G&G, 6 sumur, seismik 2D 200 km, dan seismik 3D 300 km2.Djoko mengklaim bahwa seluruh blok migas yang ditawarkan telah diminati oleh perusahaan minyak baik dari dalam maupun luar negeri.
Adapun masa akses dokumen lelang untuk lelang enam blok migas tersebut baru akan dibuka esok hari, Selasa (14/8). Untuk blok eksplorasi, masa lelang akan ditutup pada 10 Desember 2018. Sementara, untuk blok produksi, batas akhir penyerahan dokumen lelang pada 12 Oktober 2018 mendatang.
(agt)