Rupiah Mulai Bangkit dari Tekanan Gejolak Ekonomi Turki

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Selasa, 14 Agu 2018 16:50 WIB
Rupiah mulai bangkit dari tekanan gejolak ekonomi yang terjadi di Turki. Di pasar spot Selasa (14/8) rupiah ditutup menguat ke level Rp14.584 per dolar AS.
Ilustrasi rupiah. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rupiah mulai bangkit. Pada sesi penutupan perdagangan Selasa (14/8) mata uang garuda ditutup di level Rp14.584 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Posisi tersebut menguat 24 poin atau 0,16 persen dibanding penutupan Senin (13/8) yang berada di level Rp14.678 per dolar.

Sementara di kurs referensi Bank Indonesia (BI), posisi rupiah justru ditutup di level Rp14.625 per dolar AS atau melemah 42 poin dari posisi kemarin Rp14.583 per dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama mayoritas mata uang lainnya, mulai dari won Korea Selatan 0,53 persen, baht Thailand 0,27 persen, dolar Singapura 0,01 persen, renmimbi China 0,06 persen, dan rupee India 0,01 persen.

Sementara dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan ringgit Malaysia, yen Jepang, dan peso Filipina masih tertahan di zona merah, masing-masing melemah 0,08 persen, 0,25 persen, dan 0,35 persen.

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Dolar Australia dan euro Eropa masih melemah masing-masing 0,2 persen dan 0,22 persen.

Namun, poundsterling Inggris sudah mulai menguat 0,01 persen, franc Swiss 0,02 persen, dolar Kanada 0,27 persen, dan rubel Rusia 0,98 persen.

Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah dan mayoritas mata uang berhasil menguat karena sentimen pelemahan lira, mata uang Turki mulai mereda.

"Ini membuat penguatan dolar AS tertahan, sehingga mata uang lain mulai menguat," katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (14/8).



Kondisi tersebut kata Ibrahim membuat pasar kembali mempertimbangkan nilai fundamental rupiah yang sebenarnya, yaitu di kisaran Rp14.500 per dolar AS. Alhasil, rupiah berhasil menguat kembali.

Selain faktor tersebut, rupiah juga menguat karena intervensi dari bank sentral nasional.

Kendati begitu, ia menilai penguatan rupiah bisa kembali tertahan, bahkan kembali melemah pada esok hari. Rilis data kinerja perdagangan Juli yang kemungkinan besar defisit akan kembali menekan rupiah.

Namun, pelemahan tersebut kemungkinan tertahan oleh pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. Menurutnya, pasar meyakini bahwa BI akan kembali menaikan bunga acuan sehingga akan membuat rupiah sedikit berotot.
(agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER