Jakarta, CNN Indonesia --
Nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp14.416 per dolar
Amerika Serikat (AS), menguat 23 poin atau 0,16 persen pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Kamis (9/8).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.422 per dolar AS atau menguat dari posisi kemarin Rp14.439 per dolar AS.
Bersama rupiah, beberapa mata uang utama di kawasan Asia turut menguat, seperti won Korea Selatan 0,27 persen, renminbi China 0,19 persen, baht Thailand 0,15 persen, dan peso Filipina 0,13 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, dolar Singapura dan ringgit Malaysia stagnan. Sedangkan rupee India melemah 0,01 persen, dolar Hong Kong minus 0,01 persen, dan yen Jepang minus 0,13 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang negara maju justru 'keok' dari dolar AS. Mulai dari rubel Rusia minus 0,53 persen, dolar Australia minus 0,15 persen, euro Eropa minus 0,13 persen, poundsterling Inggris minus 0,05 persen, dan franc Swiss minus 0,04 persen. Hanya dolar Kanada yang menguat 0,03 persen.
Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai penguatan rupiah hari ini terpengaruh sentimen jelang deklarasi pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) yang akan mengikuti Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Dari kubu petahana, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan akan menggandeng mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. Sedangkan kubu oposisi, Prabowo Subianto diisukan akan bersanding dengan pengusaha Sandiaga Uno, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
"Pasar merespon positif karena calon-calon ini dianggap cukup memuaskan, ketimbang yang sebelumnya diisukan. Pasar yang positif membuat rupiah menguat," katanya kepada CNNIndonesia.com.
Sebelumnya, isu pendamping Prabowo sangat bervariasi, mulai dari dua tokoh Islam hasil rekomendasi Ijtima Ulama, yaitu Salim Segaf Aljufri dan Ustaz Abdul Somad.
Lalu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putra sulung Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.
"Tampaknya isu pemilihan Sandiaga ini cukup moderat, karena seebelumnya itu ada beberapa calon, misalnya AHY yang terbilang masih minim di dunia politik, sehingga masih kurang meyakinkan," katanya.
(lav)