Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah ditutup di posisi Rp14.576 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Rabu (15/8). Posisi ini menguat 8 poin atau 0,05 persen dari penutupan perdagangan kemarin, Selasa (14/8), di Rp14.584 per dolar AS.
Kurs rupiah kembali ke zona hijau setelah pada pembukaan perdagangan pagi tadi sempat melemah ke kisaran Rp14.615 per dolar AS.
Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah berhasil menguat karena pasar merespons positif kenaikan tingkat bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) dari Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, kenaikan bunga acuan ini sekaligus menyiratkan gambaran kepada pasar bahwa bank sentral nasional cukup panik atas krisis keuangan yang tengah melanda Turki. Seperti diketahui lira tertekan penguatan dolar AS.
Ia menduga BI khawatir dengan krisis keuangan Turki lantaran Indonesia memiliki sedikit kesamaan dengan negara di kawasan Eurasia itu, di mana kedua negara cukup mengandalkan utang asing untuk melakukan pembangunan.
"Pasar menerima sentimen positif dari BI, setelah data neraca perdagangan kembali menunjukkan defisit," ujar Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Rabu (15/8).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan kembali mengalami defisit US$2,03 miliar pada Juli 2018. Akibatnya, defisit neraca perdagangan Januari-Juli 2018 menjadi US$3,08 miliar.
Di sisi lain, Ibrahim menilai kenaikan bunga acuan BI demi menjaga nilai tukar rupiah sedikit banyak dilakukan untuk turut menjaga sentimen pelemahan rupiah sebagai alat serang politik dari kubu oposisi kepada pemerintahan saat ini.
"Saat ini di berbagai media sosial, persoalan rupiah sangat cepat menyebar dan disalahkan. Artinya, ini BI ikut berpolitik," katanya.
Lebih lanjut, ia memperkirakan rupiah tetap berakhir di zona hijau hingga akhir pekan ini. Apalagi, besok Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga akan menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam Nota Keuangan.
Ia menilai pasar sepertinya akan cukup merespons positif target makro yang akan disampaikan pemerintah ke DPR. "Rupiah sampai akhir pekan diperkirakan bisa menguat hingga ke kisaran Rp14.520 per dolar AS," ungkapnya.
Sementara berbanding terbalik dengan rupiah, mayoritas mata uang negara di kawasan Asia justru terpuruk dari dolar AS. Won Korea Selatan melemah 0,37 persen, renmimbi China minus 0,36 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,16 persen.
Begitu pula dengan dolar Singapura melemah 0,15 persen, yen Jepang minus 0,14 persen, baht Thailand minus 0,14 persen, dan peso Filipina minus 0,1 persen.
Pelemahan mata uang juga terasa di negara maju. Rubel Rusia melemah 0,65 persen, franc Swiss minus 0,3 persen, euro Eropa minus 0,16 persen, dolar Kanada minus 0,15 persen, dolar Australia minus 0,12 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,1 persen.
(bir)