Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) tetap meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun akan tumbuh di angka 5,2 persen atau berada di batas bawah target yang sebelumnya dibidik di kisaran 5,2-5,4 persen.
Proyeksi ini tak berubah, meski tekanan terhadap ekonomi bisa saja bertambah akibat kenaikan bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR). Sampai Agustus 2018, BI telah mengerek bunga acuan hingga 125 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen. Kenaikan itu terjadi pada Mei, Juni, dan Juli.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan proyeksi tak berubah lantaran bank sentral melihat efek kenaikan bunga acuan tak secara cepat mempengaruhi ekonomi. Selain itu, ia menilai kenaikan bunga acuan bulan ini justru bertujuan untuk menjaga kestabilan ekonomi, khususnya dari sisi nilai tukar rupiah dan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, BI berpandangan bahwa kedua indikator itu harus lebih dulu ditangani agar tetap mampu menjaga perekonomian Tanah Air ke depan.
"Kami masih memperkirakan overall (secara keseluruhan) mendekati 5,2 persen. Kenaikan bunga acuan 25 bps ini karena memang ada indikator baru dari RDG sebelumnya bahwa BI dan pemerintah memang perlu menurunkan CAD ke depan," jelasnya di Kompleks BI, Rabu (15/8).
Di samping itu, ada beberapa indikator penopang pertumbuhan yang diyakini masih berpotensi menguat, misalnya konsumsi masyarakat.
Menurutnya, konsumsi masih bisa bertumbuh karena ada beberapa acara besar yang akan berlangsung pada paruh kedua tahun ini.
Mulai dari Asian Games 2018, pertemuan tahunan Organisasi Dana Moneter Dunia (International Monetary Fund/IMF), hingga gelaran pesta demokrasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
Selain itu, BI dan pemerintah juga telah berkomitmen memulihkan defisit transaksi berjalan dengan mengurangi impor, meningkatkan ekspor, dan menggenjot sektor pariwisata agar bisa memberi sumbangan devisa.
Artinya, ia meyakini indikator ekspor masih bisa memberi kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi di paruh kedua ini. "Investasi bangunan juga diperkirakan tetap kuat," pungkasnya.
Sementara, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi hingga semester I 2018 berada di kisaran 5,17 persen. Pertumbuhan kumulatif itu lebih banyak disumbang oleh pergerakan ekonomi di kuartal II 2018 yang mencapai 5,27 persen.
Kontribusi terbesar datang dari konsumsi rumah tangga akibat stimulus derasnya aliran bantuan sosial (bansos) dan Tunjangan Hari Raya (THR) dari pemerintah.
(bir)