Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Sentral Qatar dan Bank Sentral Turki menandatangani kerja sama pertukaran (swap) mata uang untuk menyediakan likuiditas dan dukungan bagi stabilitas keuangan bagi Turki.
Waktu penandatanganan dilakukan pada Jumat (17/8), atau beberapa hari setelah Bank Sentral Qatar menjanjikan dukungan dana mencapai US$15 miliar atau setara Rp216 triliun kepada rekan sekutunya tersebut.
Seperti dikutip
Reuters, Senin (20/8), Bank Sentral Qatar menyebutkan perjanjian yang ditandatangani oleh gubernur kedua bank sentral itu akan membentuk garis tukar mata uang dua arah.
Pada Agustus 2018, Emir Qatar menyetujui sebuah paket proyek ekonomi, investasi, dan deposito untuk Turki. Hal itu memberi dorongan untuk mata uang lira yang telah tertekan terus-menerus, terpukul oleh meluasnya krisis mata uang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, dua lembaga pemeringkat sekaligus yakni Standard and Poor's (S&P) dan Moody's memangkas peringkat utang Turki ke level 'junk' atau sampah. Pemangkasan mereka lakukan karena krisis mata uang yang melanda negara tersebut.
S&P memperkirakan gejolak ekonomi yang terjadi di Turki kemungkinan besar akan berlangsung sampai tahun depan. Sementara itu, Moody's menilai pemangkasan peringkat dilakukan karena melemahnya kepastian kebijakan di Turki, baik dari pemerintah maupun bank sentral.
"Melemahnya kepastian tersebut tercermin dari independensi bank sentral Turki dan kurang jelasnya kebijakan mereka untuk mengatasi masalah tersebut," kata Moody's seperti dikutip dari
Reuters.
(reuters)