Rupiah Menguat, BI Ingatkan Tekanan The Fed

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 20 Agu 2018 21:05 WIB
BI membenarkan tekanan eksternal terhadap rupiah mereda awal pekan ini, namun tekanan dari rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed membayangi.
BI membenarkan tekanan eksternal terhadap rupiah mereda awal pekan ini, namun tekanan dari rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed membayangi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) membenarkan bahwa tekanan eksternal terhadap nilai tukar rupiah mereda mengawali pekan ini, sehingga mata uang garuda bertahan di zona hijau.

Tapi, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengingatkan tekanan terhadap rupiah masih ada, bahkan segera datang, khususnya dari rencana kenaikan tingkat bunga acuan The Fed, bank sentral Amerika Serikat.

Diketahui, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertengahan pekan ini dan berencana mengerek bunga acuannya pada September mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kami melihat risiko global masih ada, apalagi FFR masih akan dua kali naik. Kami juga belum melihat ada unknown factor (faktor yang belum diketahui)," ucapnya di Kementerian Keuangan, Senin (20/8).

Selain itu, Dody menilai sentimen dari internal berupa defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sebesar 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2018 juga masih menjadi risiko. Meski, pemerintah dan bank sentral nasional telah berkomitmen untuk memperkecil defisit itu.

"Kalau tidak ada masalah Turki dan global, mungkin angka 3 persen itu pasar bisa menerima, sehingga masalah sentimen ini berbalik. Kami dianggap tidak bisa kelola CAD," terang dia.


Kendati begitu, Dody memastikan bahwa setiap risiko yang masih membayangi nilai tukar rupiah telah dipersiapkan mitigasinya oleh bank sentral nasional.

BI, lanjutnya, masih terus berjaga-jaga dengan intervensi ganda di pasar uang dan surat berharga, sembari terus memberikan stimulus berupa kebijakan penjaminan ketersediaan likuiditas. Misalnya, dengan siaga memberikan penukaran valuta asing (valas) melalui kebijakan FX Swap lelang dan lindung nilai.

"Instrumen sudah kami buka, swap akan sangat membantu untuk meyakinkan investor yang pegang dolar AS untuk mau menempatkan dananya hingga nanti suatu saat dia kembali ke luar," pungkasnya.


Hari ini, rupiah bertahan di kisaran Rp14.500 per dolar AS di perdagangan pasar spot. Begitu pula di kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER