Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah dibuka di posisi Rp14.565 dolar Amerika Serikat (AS), menguat 23 poin atau 0,16 persen pada perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (21/8).
Di kawasan Asia, seluruh mata uang turut menguat. Won Korea Selatan menguat 0,49 persen, baht Thailand 0,21 persen, yen Jepang 0,18 persen, ringit Malaysia 0,16 persen, dolar Singapura 0,1 persen, dan peso Filipina 0,9 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Euro Eropa menguat 0,36 persen, franc Swiss 0,34 persen, poundsterling Inggris 0,26 persen, dolar Australia 0,19 persen, dolar Kanada 0,12 persen. Hanya rubel Rusia yang melemah 0,04 persen dari dolar AS.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi memperkirakan penguatan rupiah akan kembali berlanjut pada hari ini, meski sedikit terbatas. Ia memproyeksi rupiah akan bergerak di rentang Rp14.550-14.630 per dolar AS pada hari ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, meski berhasil menguat pada awal pekan ini, namun bayang-bayang pelemahan sejatinya masih ada dari bank sentral AS, The Federal Reserve.
The Fed rencananya akan mengadakan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertengahan minggu ini dan akan kembali mengerek bunga acuannya pada bulan depan.
"Kamis dini hari minggu ini, akan ada rilis FOMC. Ini bisa jadi fokus investor selanjutnya karena berkaitan dengan kekuatan dolar AS selanjutnya," ucap Dini kepada
CNNIndonesia.com.
Selain itu, penguatan rupiah juga cenderung terbatas hari ini karena nilai tukar dolar AS masih membuat sejumlah pelaku pasar 'betah' memegang mata uang Negeri Paman Sam itu.
"Sejak krisis ekonomi Turki, membuat dolar AS semakin diminati atau bisa dibilang dolar AS sedang menyandang aset
safe haven," katanya.
Senada, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah tetap bertahan di zona hijau pada hari ini dengan bergerak di kisaran Rp14.574-14.591 per dolar AS. Menurutnya, rupiah bisa menguat tipis karena memanfaatkan momen lesunya ergerakan dolar AS.
"Diharapkan ini dapat berlanjut seiring penguatan euro Eropa dan sejumlah mata uang lainnya. Meski sentien dari dlaam negeri belum ada yang terbaru," pungkasnya.
(lav)