Produksi Minyak Blok Rokan Diramal Makin Melorot di 2019

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 28 Agu 2018 12:38 WIB
Rata-rata produksi Blok Rokan diperkirakan hanya akan mencapai 180 ribu bph pada 2019, merosot dibanding proyeksi tahun ini 206,71 bph.
Rata-rata produksi Blok Rokan diperkirakan hanya akan mencapai 180 ribu bph pada 2019, merosot dibanding proyeksi tahun ini 206,71 bph. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah memperkirakan produksi siap jual (lifting) minyak dari Blok Rokan, Riau pada 2019 bakal makin tergerus.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), rata-rata produksi blok yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia ini diperkirakan hanya akan mencapai 180 ribu barel per hari (bph).

Capaian itu jauh merosot dari rata-rata produksi tahun lalu yang mencapai 224,69 ribu bph dan proyeksi tahun ini yang akan berkisar 206,71 bph.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Djoko Siswanto mengungkapkan penurunan produksi minyak di Blok Rokan merupakan hal yang wajar mengingat minyak merupakan Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui. Artinya, tanpa eksplorasi untuk menemukan cadangan minyak baru, cadangan minyak akan terkuras.

"Kalau dikuras terus ya habis. Chevron dulu bisa (produksi) 1,1 juta bph, sekarang 220 ribu bph," ujar Djoko di Gedung DPR, Senin (27/8) kemarin.



Untuk itu, Djoko mengaku akan terus mendorong dilakukannya eksplorasi dan berinovasi dalam pemanfaatan teknologi. Salah satunya, operator menerapkan teknologi pengurasan minyak lanjutan (Enhanced Oil Recovery/EOR ) di Blok Rokan. Teknologi tersebut diyakini bisa menahan laju perlambatan produksi.

Uji coba EOR di Blok Rokan telah dilakukan sejak 2013. Penerapan EOR menggunakan injeksi kimia dengan melakukan injeksi surfaktan ke sumur-sumur minyak di Lapangan Minas, salah satu lapangan minyak di Blok Rokan.

Rencananya, implementasi EOR injeksi kimia di Blok Rokan juga akan dilanjutkan oleh PT Pertamina (Persero) selaku operator baru usai masa kontrak Chevron berakhir pada 2021.

Di sisi lain, Kementerian ESDM juga meminta kerja sama dari kementerian dan lembaga (K/L) terkait. Pasalnya, kegiatan eksplorasi kerap mendapatkan kendala. Misalnya, pada waktu mau melakukan kegiatan eksploras, lahan yang digunakan ternyata masuk kawasan hutan konservasi sehingga harus mengurus perizinan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang memakan waktu.


Melihat proyeksi produksi pada akhir tahun ini dan tahun depan, Blok Rokan dipastikan tidak lagi menjadi blok dengan produksi terbesar di Indonesia. Blok Cepu di Jawa Tengah diperkirakan bakal menggeser posisi Blok Rokan sebagai blok nomor satu di Indonesia dengan rata-rata produksi sebanyak 210,93 ribu bph pada tahun ini dan 212 ribu pada 2019.

Saat ini, Blok Cepu dikelola oleh ExxonMobil Cepu Ltd bersama sejumlah kontraktor lain yaitu Ampolex Cepu Pte Ltd, PT Pertamina EP Cepu dan empat Badan Usaha Milik Daerah.

Sebagai catatan, SKK Migas mencatat rata-rata lifting minyak hingga akhir Juli 2018, dari Blok Rokan mencapai 210,15 ribu bph atau lebih besar dari lifting Blok Cepu sebesar 205,64 bph. Adapun total lifting nasional pada periode yang sama mencapai 770,43 ribu bph atau 96,3 persen dari target APBN 2018 yang mencapai 800 ribu bph. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER