Jakarta, CNN Indonesia --
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyatakan perluasan mandatori pencampuran biodisel 20 persen (B20) ke solar nonsubsidi tidak mendongkrak pembayaran insentif sawit tahun ini.
Pasalnya, harga indeks pasar (HIP) biodiesel saat ini trennya sedang menurun. Untuk September 2018 ini bahkan, harga pasar biodiesel lebih rendah dibandingkan HIP minyak solar.
"Hari ini adalah saat yang tepat untuk menerapkan perluasan mandatori biodiesel," ujar Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan Taningdjaja dalam konferensi pers di Multivision Tower, Kamis (30/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 41 Tahun 2018
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, insentif sawit atau dana pembiayaan biodiesel digunakan untuk menutup selisih kurang antara HIP minyak solar dengan HIP biodiesel.
Sebagai catatan, harga penyaluran biodiesel menggunakan HIP solar. Artinya, insentif baru akan diberikan kepada produsen biodiesel jika HIP biodiesel lebih tinggi dibandingkan HIP minyak solar.
Penetapan HIP biodiesel dilakukan setiap bulan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Pada Januari 2018 lalu, tarif biodisel ditetapkan sebesar Rp8.000 per liter, di luar ongkos angkut yang ditetapkan oleh keputusan menteri ESDM.
Sementara, HIP biodiesel September 2018 berada di level Rp7.294 per liter, turun Rp306 dari HIP Agustus yang ditetapkan RP7.600 per liter.
Penurunan harga biodiesel terjadi seiring turunnya harga minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Selanjutnya, HIP BBM minyak solar ditetapkan oleh Kementerian ESDM setiap tiga bulan terakhir.
Terakhir, HIP BBM minyak solar untuk periode Juli sampai dengan September 2018 adalah Rp7.388,31 per liter.
"Ke depan, harga minyak diperkirakan masih akan tinggi sehinga insentif dari BPDP-KS tidak akan banyak," ujarnya.
Karenanya, menurut Paulus, alokasi penggunaan dana sawit untuk tahun ini untuk pembayaran insentif biodiesel tidak akan mengganggu alokasi dana untuk pengembangan industri sawit, termasuk untuk peremajaan (replanting).
Jika ke depan harga biodiesel kembali menanjak, berdasarkan perhitungan industri dan BPDP-KS, dana sawit masih mencukupi untuk memberikan insentif pada konsumsi biodiesel dalam negeri. Tahun depan, konsumsi biodiesel diperkirakan berada di kisaran 6 juta kiloliter (kl).
Apabila dana sawit ternyata kurang untuk membayar insentif dan menjalankan program pengembangan sawit, opsi yang akan diambil adalah mengerek pungutan sawit.
Ketua Umum Aprobi M Tumanggor menambahkan implementasi perluasan program B20 akan membantu pemerintah dalam menekan impor migas di tengah melebarnya defisit neraca dagang.
Dengan penambahan alokasi volume biodiesel untuk solar nonsubsidi sebesar 940.470 kl hingga akhir tahun, negara bisa menghemat impor minyak.
"Di sisa empat bulan, devisa bisa hemat US$2,3 miliar," ujar Tumanggor.
(agt)