Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Darmin Nasution mengklaim Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2018 yang mengalami
deflasi sebesar 0,05 persen secara bulanan terjadi karena pasokan pangan berlimpah.
Hal ini tercermin dari inflasi komponen bergejolak (
volatile foods). Komponen itu deflasi sebesar 1,24 persen dengan andil terhadap deflasi terbesar, yakni mencapai 0,22 persen pada bulan lalu.
Artinya, kata Darmin, harga pangan justru berhasil diturunkan dengan strategi menjaga ketersediaan pasokan. Hal itu, sambungnya, memang dilakukan pemerintah dengan operasi pasar besar-besaran dan pemantauan harga di setiap titik distribusi secara berkala. Mulai dari produsen, pasar induk, hingga tingkat pengecer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agak besar-besaran memang operasi pasar supaya jangan jadi naik harganya, karena begitu dia naik, untuk mengembalikannya susah," ujar Darmin di kantornya, Senin (3/9).
Kendati inflasi
volatile foods secara tahunan masih cukup tinggi sekitar 4,97 persen, Darmin menilai hal itu masih memberi peluang bagi Indonesia untuk memiliki tingkat inflasi yang rendah dan stabil di kisaran 3,5 persen sampai akhir tahun.
Syaratnya, asal pemerintah tetap bisa menjaga dua komponen penyumbang inflasi lain, yaitu harga yang diatur oleh pemerintah (
administreted price) dan inflasi inti (
core inflation).
"Volatile foods itu asal di bawah 5 persen, itu sudah oke. Asal
administred price tidak ada yang naik dan
core inflation masih di bawah 0,3 persen setiap bulan, itu hasilnya paling 3,5 persen," jelasnya.
Kendati harga pangan terjaga, pasokan berlimpah, dan inflasi berhasil dijaga rendah, namun Darmin belum bisa memastikan bahwa pemerintah bisa meniadakan impor pangan.
"Yang jelas, kami punya stok banyak," pungkasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Agustus 2018 secara tahun berjalan sebesar 2,31 persen dan inflasi secara tahunan sebesar 3,2 persen.
(lav/bir)