Jakarta, CNN Indonesia -- Bakal calon presiden dari Partai Gerindra
Prabowo Subianto menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi 5 persen menunjukkan kegagalan.
Dalam buku
Pandangan Strategis Prabowo Subianto Paradoks Indonesia yang dikutip CNNIndonesia.com Selasa (4/9) Prabowo mengatakan seharusnya ekonomi Indonesia bisa tumbuh dua digit, di atas 10 persen.
Selain pertumbuhan optimal, ia juga mengatakan pendapatan per kapita (PDB) masyarakat Indonesia yang saat ini masih US$3.346 harus ditingkatkan menjadi US$13 ribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pertumbuhan tersebut yang diraih selama 10 tahun berturut-turut, kata Prabowo, Indonesia bisa lepas dari jebakan pendapatan kelas menengah
(middle income trap).
"Ibarat badan, jika pertumbuhan hanya 4 persen atau 5 persen, tidak di atas 10 persen, artinya kita gagal tumbuh dewasa yang kuat dan bisa bersaing dengan bangsa maju, sama saja jalan di tempat," katanya.
Menurut Prabowo, masalah tersebut perlu segera disadari dan diatasi. Indonesia punya potensi untuk tumbuh di atas 10 persen.
Tinggal, pemerintah memanfaatkan potensi yang dimiliki Indonesia saat ini secara maksimal. Selain itu, ia juga mengatakan Indonesia perlu menyelesaikan dua masalah besar yang selama ini dihadapi Indonesia dan terkesan dibiarkan.
Pertama, menghentikan aliran kekayaan negara yang ke luar negeri. Prabowo menyebut Rp1.000 triliun kekayaan nasional dilarikan ke luar negeri.
Masalah tersebut bisa dilihat dari neraca perdagangan dan kepemilikan perusahaan yang melakukan ekspor. Masalah juga bisa dilihat dari data simpanan milik pengusaha, perusahaan Indonesia dan asing di bank luar negeri.
Data yang dikutipnya dari pernyataan pemerintah Agustus 2016 lalu, jumlah uang pengusaha Indonesia yang terparkir di luar negeri Rp11.400 triliun. Prabowo mengatakan bahwa masalah tersebut harus segera dihentikan.
"Kalau terus dibiarkan, negara kita tidak akan pernah punya modal untuk jadi pelopor ekonomi," jelasnya.
Kedua, menghilangkan kekuasaan para pemodal besar dalam demokrasi di Indonesia. Prabowo mengatakan bahwa kekuasan pemodal besar dalam demokrasi di Indonesia saat ini cukup besar.
Keberadaan pemodal tersebut bisa dilihat dari jumlah uang yang digunakan untuk jual beli pengaruh dalam pesta demokrasi di Indonesia mulai dari tingkat desa sampai negara.
Dalam buku tersebut Prabowo menaksir jumlah uang untuk membeli kekuasaan di seluruh Indonesia mencapai Rp11,8 triliun.
"Dalam sejarah politik di Indonesia, selalu ada politisi yang tak arif dan bisa dibeli serta manut kepada pemodal, ini tidak boleh dibiarkan supaya kita memiliki lapisan masyarakat yang berdiri tegak dan mengambil keputusan dengan tepat," terang dia.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi pada empat tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo memang belum sesuai dengan harapan dan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dalam RPJMN, pada tahun ke-5, Jokowi menargetkan ekonomi tumbuh 8 persen.
Tapi sampai dengan tahun ke-4 pertumbuhan belum beranjak dari kisaran angka 5 persen. Meskipun demikian, Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa Indonesia harus bersyukur dengan pencapaian tersebut.
Pasalnya, di tengah kondisi ekonomi global yang tengah lesu, Indonesia masih bisa tumbuh stabil 5 persen.
(agt/bir)