OJK Ingatkan Pelaku Pasar Agar Tak Ikut Aksi Spekulator

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Jumat, 07 Sep 2018 20:39 WIB
OJK mengimbau pelaku pasar tak mengikuti tingkah laku spekulator dalam menentukan pilihan investasinya di pasar saham.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen memberi keterangan kepada media usai investor gathering bertema 'Volatilitas Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia' di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau pelaku pasar tak mengikuti tingkah laku spekulator dalam menentukan pilihan investasinya di pasar saham, apalagi ketika pasar saham dan keuangan sedang bergejolak seperti saat ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengungkapkan aksi spekulasi akan tetap ada di seluruh pasar, baik ketika pasar sedang normal ataupun ketika bergejolak.

"Jangan ikuti spekulator, kondisi pasar Indonesia bagus. Ekonomi Indonesia bagus, kinerja emiten tumbuh," ucap Hoesen, Jumat (7/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurutnya, meredam tingkah laku spekulator dalam mempengaruhi sikap pelaku pasar bukanlah hal yang mudah dilakukan. Namun, hal itu tak perlu dikhawatirkan. "Mereka (spekulator) ambil keputusan tapi tidak tahu persis apa yang akan terjadi dalam kondisi normal pun," jelas Hoesen.

Untuk saat ini, Hoesen menegaskan kondisi pasar modal Indonesia masih dalam kondisi cukup baik, tercermin dari masih ada perusahaan yang menggalang dana di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO), penerbitan obligasi, atau sukuk.

"Kami juga berkoordinasi dengan pemerintah dan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas di sektor jasa keuangan," terang Hoesen.


Pada Rabu (5/9) kemarin, IHSG menurun cukup dalam hampir 4 persen ke area 5.600. Namun indeks saham saat ini berhasil menanjak ke level 5.851, seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah di level Rp14.820 per dolar Amerika Serikat (AS).

Hoesen menilai gejolak di sektor keuangan disebabkan oleh faktor eksternal, seperti perang dagang antara AS dengan China dan krisis ekonomi di Turki, Argentina, dan Afrika Selatan.

(lav/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER