Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan
Enggartiasto Lukita merespons tudingan mantan Menteri Koordinator Kemaritiman
Rizal Ramli terkait dengan persoalan impor pangan, di antaranya soal
beras.
Sebelumnya, Rizal menuturkan dalam sebuah program stasiun televisi bahwa Enggar melakukan impor secara berlebihan, sehingga membuat rupiah melemah terhadap dolar AS. Selain itu, dia juga mengatakan Presiden Joko Widodo tak berani menegur Enggar karena merupakan anak buah dari Surya Paloh, Ketua Partai NasDem.
Terkait dengan tudingan impor berlebihan, Enggartiasto menuturkan mekanisme itu dilakukan melalui Rapat Koordinasi. Rapat itu, kata dia, diikuti oleh Menteri Pertanian, Direktur Bulog dan dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enggartiasto menegaskan berdasarkan keputusan rapat itu, dirinya mengirimkan surat penugasan berdasarkan ketentuan yakni mengenai Bulog dan impor.
Diketahui, Rizal sendiri pernah menjadi Kepala Bulog periode 2000-2001.
"Periodenya beliau [Rizal Ramli] mungkin berbeda, beliau main tunjuk langsung dan sebagainya, tapi yang sekarang transparan," kata Enggartiasto usai berdiskusi dengan jajaran manajemen Trans Media, Kamis (13/9).
Dia menuturkan saat ini tender impor beras sudah dilakukan secara terbuka, karena informasi itu dapat diakses melalui situs di Thailand maupun Vietnam.
Rizal sebelumnya mengatakan bahwa Enggartiasto merupakan biang kerok dari melemahnya rupiah terhadap dolar. Dalam acara Business Forum yang ditayangkan stasiun TV One tanggal 6 September 2018 tersebut, dia juga mengatakan bahwa Enggar tak ditegur karena merupakan kader NasDem yang dipimpin oleh Surya Paloh.
"Jadi biang keroknya sebetulnya saudara Enggar, ya, cuma Presiden Jokowi gak berani negor, takut sama Surya Paloh ya," ujarnya saat itu.
Pada Agustus lalu, Enggartiasto mengatakan pemerintah bakal mengimpor beras sebanyak 2 juta ton. Ini terdiri dari impor bertahap yakni 500 ribu ton sebanyak dua kali serta 1 juta ton.
Dia menjelaskan keputusan impor secara bertahap diambil untuk mengendalikan harga beras sebagai antisipasi kemarau. Ia mensinyalir musim kemarau berpotensi membuat produksi beras turun.
Terpisah, DPR juga sebelumnya mempersoalkan impor garam sebanyak 3,7 juta ton dan gula mentah 111 ribu ton. Ketua DPR Bambang Soesatyo menuturkan hal itu juga berkaitan dengan dugaan penyalahgunaan garam industri untuk konsumsi sehingga membuat harga komoditas itu rendah.
(bir/asa)