Rizal Ramli: Pembatasan Impor Pemerintah Cuma Irit Rp7,4 T

Tim | CNN Indonesia
Kamis, 27 Sep 2018 08:57 WIB
Mantan Menteri Perekonomian Rizal Ramli menilai kebijakan pembatasan impor dengan menaikkan pajak 1.147 barang hanya mampu menyelamatkan devisa US$500 juta.
Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli (CNN Indonesia/Patricia Diah Ayu Saraswati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli menilai kebijakan pembatasan impor dengan menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) 22 pada 1.147 jenis barang hanya mampu menyelamatkan devisa sebesar US$500 juta.

Ia menyebut 1.147 jenis barang yang dinaikkan PPh-nya sebenarnya tak masuk dalam golongan 10 barang impor terbesar. Kenaikan PPh justru dilakukan pada beberapa barang yang nilai impornya kecil, seperti kondom, tasbih, bedak, dan lipstik.

"Total (nilai impor) barang 1.147 itu paling hanya US$5 miliar, dengan langkah yang diambil Menteri Keuangan Sri Mulyani ini mungkin hanya mengurangi impor US$500 juta," ungkap Rizal, Rabu (26/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPR), impor per Agustus 2018 tercatat sebesar US$16,84 miliar, lebih tinggi dari ekspor yang hanya US$15,82 miliar. Kondisi ini membuat neraca perdagangan Agustus 2018 masih defisit US$1,02 miliar secara bulanan. Sedangkan secara akumulasi Januari-Agustus defisit neraca perdagangan mencapai US$4,09 miliar.

"Neraca transaksi berjalan (currenct account deficit/CAD) juga masih defisit sampai semester I 2018 ini, sampai akhir tahun Bank Indonesia (BI) meramalkan jumlah defisitnya lebih dari US$20 miliar kan," ucap Rizal.

Berdasarkan catatan BI, defisit neraca transaksi berjalan pada semester I 2018 mencapai US$8 miliar atau 3 persen persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, defisit transaksi berjalan hanya mencapai US$5,7 miliar atau setara 2,2 persen terhadap PDB.

"Makanya, kenapa tidak fokus sama yang besar-besar saja, seperti impor baja itu kan besar," terang Rizal.


Besarnya impor baja ke Indonesia, menurut dia, tak hanya membebani devisa tetapi juga telah merugikan salah satu BUMN penghasil baja, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

"Krakatau Steel sampai sekarang kan masih merugi itu karena diserbu baja dari China. Fokus dong pemerintah," tegas Rizal.

Mengutip laporan keuangan perusahaan per kuartal I 2018, Kralatau Steel membukukan kerugian bersih sebesar US$4,86 juta. Jumlah itu sebenarnya turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$20,69 juta.

Penurunan kerugian bersih perusahaan tak lepas dari jumlah pendapatan yang naik sepanjang kuartal I 2018 menjadi US$486,17 juta dari sebelumnya US$350,13 juta. (aud)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER