Begitu pula dengan mata uang utama negara maju yang mayoritas melemah dari dolar AS. Rubel Rusia minus 0,09 persen, dolar Australia minus 0,1 persen, dan franc Swiss minus 0,2 persen. Sedangkan poundsterling Inggris menguat 0,21 persen dan dolar Kanada 0,76 persen.
Meski melemah, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim melihat pergerakan rupiah hari ini masih cukup stabil. Hal ini karena belum ada sentimen negatif baru yang menggerakkan rupiah.
"Pelemahan rupiah saat ini masih berdampak dari data ekonomi AS pada pekan lalu. Sedangkan data deflasi tidak menggerakkan rupiah," ucap Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Senin (1/10).
Data pertumbuhan ekonomi AS yang dirilis akhir bulan lalu menunjukkan perekonomian Negeri Paman Sam tumbuh 4,2 persen. Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Sementara data Indeks Harga Konsumen (IHK) dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perkembangan harga barang di tingkat konsumen Indonesia menurun 0,18 persen secara bulanan pada September 2018.
Hal ini karena ada penurunan harga pada bahan makanan, seperti daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, cabai merah, dan lainnya.