Nusa Dua, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di posisi Rp15.200 per
dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot sore ini, Rabu (10/10). Posisi ini
menguat 38 poin atau 0,25 persen di tengah pengumuman kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di Rp per dolar AS atau melemah poin dari kemarin sore.
Di pasar spot, rupiah menguat paling tinggi dibandingkan mata uang lain di kawasan Asia. Penguatan rupiah diikuti rupee India 0,19 persen, won Korea Selatan 0,12 persen, ringgit Malaysia 0,11 persen, dolar Singapura 0,01 persen, dan renminbi China 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, beberapa mata uang lainnya justru bersandar di zona merah. Yen Jepang melemah 0,22 persen, dolar Hong Kong minus 0,05 persen, baht Thailand minus 0,05 persen, dan peso Filipina minus 0,03 persen.
Berbeda dengan mata uang Asia, mayoritas mata uang utama negara maju justru bersandar di zona merah. Dolar Australia melemah 0,15 persen, dolar Kanada minus 0,13 persen, franc Swiss minus 0,05 persen, euro Eropa minus 0,03 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,03 persen. Hanya rubel Rusia yang menguat 0,03 persen dari dolar AS.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan rupiah mampu menguat hari ini karena memanfaatkan sentimen yang mampu melemahkan dolar AS.
Sentimen itu datang dari rencana kesepakatan proposal keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada November mendatang. Begitu kabar ini tersebar, dolar AS sempat terkoreksi dan poundsterling Inggris menguat, meski akhirnya kembali melemah tipis.
"Selain itu ada sentimen dari antisipasi pasar terhadap data indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) AS," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (10/10).
Meski begitu, ia menilai penguatan rupiah hanya akan berlangsung sementara. Sebab, jelang akhir pekan akan ada rilis inflasi AS. Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp15.100-15.300 per dolar AS pada esok hari.
(uli/bir)