Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (
BPPT) menilai target porsi
energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen ke dalam bauran energi nasional pada 2025 masih sulit tercapai. Pasalnya, hingga kini kontribusi EBT dalam bauran energi di Indonesia masih rendah.
"Faktanya, kontribusi dari EBT masih sangat rendah. Ini yang perlu digenjot untuk menjawab tantangan 2025 karena sampai tahun 2025 prediksinya masih 12,9 persen. Bagaimana mau mengejar 23 persen? Padahal, tinggal tujuh tahun lagi," ujar Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material BPPT Eniya Listiani Dewi dalam paparan World and Indonesia Energy Outlook 2018 di Jakarta, Selasa (23/10).
Bahkan, setelah 100 tahun Indonesia merdeka, pada 2045, porsi EBT masih berada di kisaran 16 persen. Sebagai catatan, tahun lalu, porsi kontribusi EBT tahun lalu ada di kisaran 11 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan proyeksi BPPT, porsi energi terbesar dalam bauran energi pada 2025 adalah bahan bakar minyak (BBM) yang masih mencapai 38 persen. Kemudian, batu bara menyusul di kisaran 29 persen dan gas 20 persen.
"Kalau negara berkembang memang penggunaan batu bara masih ada. Kalau industrinya masih berkembang ya memang masih pakai batu bara. Trump (Presiden Amerika Serikat Donald Trump) juga bicara dia lebih condong ke batu bara," ujarnya.
Kepala Ekonom British Petroleum (BP) Global Spencer Dale mengungkapkan tren penggunaan EBT di dunia terus meningkat.
EBT memberikan kontribusi sebesar 43 persen pada proyeksi pertumbuhan energi pada 2040 dengan porsi yang meningkat dari 4 persen menjadi 14 persen.
"Kontribusi EBT pada pertumbuhan akan naik sampai 40 persen, digerakan oleh teknologi yang berarti EBT akan semakin bersaing dengan bahan bakar fosil," ujarnya.
Saat ini, sejumlah negara, mulai beralih dari energi batu bara ke energi yang lebih bersih. Salah satu negara yang mulai mengurangi penggunaan energi fosil adalah China.
"China akan berpindah dari batu bara ke energi yang lebih ramah," ujarnya.
Tahun lalu, pertumbuhan penggunaan EBT dunia meningkat 17 persen, lebih tinggi dari rata-rata dalam 10 tahun terakhir. Sumber EBT terbesar berasal dari tenaga angin yang berkontribusi lebih dari separuh pertumbuhan EBT. Sementara, tenaga surya berkontribusi sepertiganya.
Sebagai informasi, optimalisasi kontribusi EBT pada 2025 sejalan dengan upaya Indonesia untuk mendukung komitmen Persetujuan Paris (Paris Agreement) pada 2015 lalu. Dalam kerangka Paris Agreement, Indonesia juga berkomitmen untuk mereduksi emisi gas rumah kaca hingga 29 persen pada 2030.
(sfr/lav)