Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah dibuka di posisi Rp14.862 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot pagi ini, Selasa (13/11). Posisi ini melemah 42 poin atau 0,29 persen dari kemarin sore, Senin (12/11) di Rp14.820 per dolar AS.
Hingga pukul 08.55 WIB, rupiah terus bergerak melemah hingga ke posisi Rp14.878 per dolar AS.
Di kawasan Asia, rupiah bersandar di zona merah bersama won Korea Selatan minus 0,45 persen, ringgit Malaysia minus 0,2 persen, peso Filipina minus 0,12 persen, dan dolar Singapura minus 0,02 persen. Sementara dolar Hong Kong stagnan, sedangkan baht Thailand dan yen Jepang menguat 0,06 persen dan 0,08 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, mata uang utama negara maju justru sudah berbalik arah ke zona hijau. Rubel Rusia menguat 0,12 persen, euro Eropa 0,11 persen, franc Swiss 0,09 persen, dolar Kanada 0,07 persen, poundsterling Inggris 0,08 persen, dan dolar Australia 0,05 persen.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan bergerak terbatas dengan kecenderungan melemah pada hari ini karena sejumlah sentimen eksternal yang menguatkan dolar AS diperkirakan masih berlanjut pada hari ini.
Penguatan mata uang Negeri Paman Sam, sambungnya, berasal dari sikap agresif bank sentral AS, The Federal Reserve untuk kembali mengerek tingkat bunga acuan pada bulan depan. Selain itu, sentimen datang dari belum adanya titik terang dari permasalahan anggaran pemerintah Italia dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britania Exit/Brexit).
"Peningkatan permintaan dolar AS tuurt didorong oleh aksi lepas euro Eropa dan poundsterling Inggris oleh pelaku pasar. Di sisi lain, meningkatnya permintaan dolar AS cenderung menghalangi rupiah untuk berbalik naik," ujar Reza, Selasa (13/11).
Di sisi lain, pergerakan rupiah tak mampu ditahan oleh sentimen dari dalam negeri. Misalnya, sentimen dari rencana pemerintah yang akan mengeluarkan sejumlah sektor industri dari Daftar Negatif Investasi (DNI) demi menarik investor dan aliran modal ke Indonesia.
Rencananya, pada hari ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution akan memimpin rapat koordinasi untuk membahas lebih lanjut rencana perubahan DNI.
Selain itu, rilis defisit transaksi berjalan
(Current Accont Deficit/CAD) yang kembali membengkak, turut menambah lemahnya daya tahan rupiah. Defisit transaksi berjalan menembus US$8,8 miliar atau 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018.
(agi)