Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di posisi Rp14.678 per dolar
Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot, Jumat (9/11) sore. Posisi ini melemah 138 poin atau 0,95 persen dari posisi kemarin Rp14.540 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.632 per dolar AS atau menguat tipsi dari kemarin di Rp14.651 per dolar AS.
Di kawasan Asia, hanya yen Jepang dan rupee India yang menguat di hadapan dolar AS, masing-masing menguat 0,25 persen dan 0,53 persen. Sedangkan mata uang Asia lainnya bersandar di zona merah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Won Korea Selatan minus 1,03 persen, peso Filipina minus 0,57 persen, ringgit Malaysia minus 0,38 persen, dan baht Thailand minus 0,19 persen. Lalu, renminbi China minus 0,18 persen, dolar Singapura minus 0,15 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,02 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, seluruhnya kompak terperosok ke zona merah. Poundsterling Inggris minus 0,48 persen, dolar Kanada minus 0,3 persen, dan dolar Australia minus 0,28 persen. Kemudian, euro Eropa minus 0,26 persen, franc Swiss minus 0,2 persen, dan rubel Rusia minus 0,12 persen.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pergerakan rupiah hari ini sepenuhnya dipengaruhi oleh pernyataan bank sentral AS, The Federal Reserve.
Meski The Fed kembali menahan tingkat suku bunga acuannya di posisi 2,0-2,5 persen pada bulan ini. Namun, kenaikan bunga acuan pada Desember 2018 tetap kuat.
"Memang tidak ada yang istimewa dari kebijakan The Fed, sesuai ekspektasi kalau tidak akan menaikkan bunga. Tapi, The Fed tidak dovish, maka berarti kenaikan bunga di Desember sudah hampir pasti," ucap Dini kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (9/11).
Meski begitu, menurutnya, dampak dari sentimen The Fed kali ini memang membuat rupiah terperosok cukup dalam. Sebab, penguatan dolar AS memang sangat terpengaruh oleh kebijakan The Fed.
Untuk itu, ia melihat pergerakan rupiah bisa 'terancam' pada bulan depan, ketika The Fed benar-benar kembali mengerek tingkat bunga untuk terakhir kalinya di tahun ini.
Meski begitu, Dini bilang, pergerakan rupiah saat ini masih cukup aman karena setidaknya sudah berada di bawah Rp15.000 per dolar AS. Selain itu, pelemahan yang cukup dalam kali ini, tidak hanya dirasakan sendiri, namun juga mata uang lainnya.
"Tidak hanya rupiah, mata uang utama lain juga melemah. Karena memang belum ada celah bagi perekonomian AS untuk melemah juga. Secara fundamental, mereka solid," pungkasnya.
(uli/lav)