Kemenkeu Sebut Operasional Merpati Bergantung Rencana Bisnis

CNN Indonesia
Rabu, 14 Nov 2018 19:40 WIB
Kementerian Keuangan menyatakan kunci mengaktifkan kembali operasional PT Merpati Nusantara Airlines bergantung pada proposal rencana bisnis perusahaan.
Ilustrasi. (REUTERS/Lirio Da Fonseca).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan rencana PT Merpati Nusantara Airlines untuk kembali mengudara pada tahun depan belum tentu berjalan mulus, meski Pengadilan Niaga Surabaya telah mengabulkan proposal damai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mereka.

"Persetujuan pengadilan untuk memberikan PKPU itu tidak kemudian berarti semua beres," ucap Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu Isa Rachmatarwata di kantornya, Rabu (14/11).

Ia menjelaskan putusan proposal damai  yang dikantongi Merpati memang menjadi 'titik terang' bagi perusahaan dan investor, PT Intra Asia Corpora untuk bekerja sama membangkitkan kinerja operasional perusahaan pada tahun depan. Namun, menurutnya, perjalanan untuk menghidupkan maskapai yang pernah beroperasi pada periode 1962-2014 itu masih panjang berliku.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sebab, kunci untuk memuluskan pengoperasian kembali setelah empat tahun 'mati suri' ialah memiliki proposal bisnis yang matang. Ia bilang, hal ini diperlukan karena Kemenkeu ingin Merpati beroperasi kembali dengan program kerja dan rencana bisnis yang kredibel.

"Intinya proposal. Kami bukan menolak atau mempailitkan, tidak. Tapi kami ingin melihat proposal yang masuk untuk menangani Merpati itu kredibel dan efektif untuk menyelamatkan. Kami tidak happy kalau dapat proposal yang tidak kredibel," katanya.

Untuk itu, Isa berharap setelah proposal damai dikabulkan oleh Pengadilan Niaga Surabaya, pihak Merpati dan investor bisa kembali mematangkan rencana bisnis untuk kembali mengudara. Bila proposal telah matang, barulah diajukan ke pemerintah, termasuk Kementerian Keuangan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).


"Nanti kami lihat investor ini. Walau kami sudah dapat informasi tentang rencana kerja awal, tapi diskusi waktu itu sebelum sidang kan. Ada yang setuju, ada yang tidak, dan sebagainya. Tapi kami harus lihat dulu," terangnya.

Sayangnya, Isa enggan memberi penilaian sementara terhadap investor yang akan menyuntikkan dana segar ke Merpati. Ia juga enggan mengomentari latar belakang Intra Asia Corpora yang pernah memiliki pengalaman mengelola bisnis Kartika Airlines.

"Investor akan kami teliti terus. Saya kurang tahu ke dalamnya (pengalamannya). Ini harus ditanyakan ke Merpati dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang diminta jadi konsultan," tuturnya.

Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menambahkan ada banyak hal yang dipertimbangkan kementerian atas proposal rencana bisnis Merpati bersama investor


Pertama, terkait strategi yang tepat untuk memasuki bisnis penerbangan yang dinilai cukup ketat. Sebab, pasar penerbangan saat ini diisi oleh banyak pemain dan masing-masing telah memiliki segmen bisnis masing-masing, misalnya yang komersil dan perintis.

"Kami lihat juga jumlah book seat-nya (pesanan kursi), dari totalitas seat tersedia, itu berdampak pada fuel consumtion (konsumsi bahan bakar), servicebility (layanan) pesawat, restrukturisasi, semuanya harus dilihat semua," jelasnya.

Tak ketinggalan, kementerian juga akan melihat strategi pemilihan rute yang akan dilayani maskapai ke depan. Kemudian, sumber daya yang dimiliki, baik secara barang maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Selanjutnya, terkait proyeksi pendapatan ke depan.

Kedua, pertimbangan skema penyuntikan dana yang akan diberikan investor yang diharapkan mencukupi kebutuhan modal Merpati ke depan, termasuk untuk menutup kewajiban dan operasional di masa mendatang.


Ketiga, risiko ke depan yang akan diteliti lebih rinci dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). "PPA benar-benar melihat semua rencana bisnis, stress test (uji tekanan) harus kuat juga," terangnya.

Sebelumnya, Merpati berencana kembali beroperasi pada 2019. Manajemen perusahaan mengklaim akan mendapat kucuran dana segar dari Intra Asia Corpora sekitar Rp6,4 triliun untuk menghidupkan Merpati lagi.

Merpati merupakan salah satu maskapai pelat merah yang pernah mengudara cukup lama, hingga akhirnya berhenti operasi pada 1 Februari 2014 karena masalah keuangan. Berdasarkan data terakhir sampai 2017, utang perusahaan menggelembung hingga Rp10,72 triliun. Sementara aset yang tersisa tinggal Rp1,21 triliun dan ekuitas minus Rp9,51 triliun. (uli/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER