Harga Minyak Terkerek Penurunan Stok Bensin AS

CNN Indonesia
Jumat, 16 Nov 2018 06:56 WIB
Harga minyak mentah Brent naik 50 sen menjadi US$66,62 per barel, sedangkan harga minyak mentah WTI AS naik 21 sen menjadi US $ 56,46 per barel.
Ilustrasi kilang minyak. (ANTARA FOTO/Aguk Sudarmojo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak terkerek pada Kamis (16/11) setelah penurunan tajam minggu ini. Kenaikan harga minyak didorong oleh menurunnya stok bensin dan distilat Amerika Serikat (AS).

Harga minyak mentah Brent naik 50 sen menjadi US$66,62 per barel, sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 21 sen menjadi US $ 56,46 per barel.

Pada hari Selasa, harga minyak berjangka AS mengalami penurunan terdalam sejak 3 tahun terakhir karena kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang melemahnya permintaan global dan kelebihan pasokan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data Administrasi Informasi Energi (EIA) AS menunjukkan persediaan minyak mentah melonjak 10,3 juta barel pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak Februari 2017. Analis dalam jajak pendapat Reuters telah memperkirakan peningkatan 3,2 juta barel.

Namun, data EIA terbaru menunjukkan stok bensin turun 1,4 juta barel, sementara stok distilat turun 3,6 juta barel.

"Saat perkiraan stok minyak mentah membuat pasar 'terkejut', penurunan stok produk minyak olahan membantu harga minyak meningkat," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago, dikutip Reuters, Jumat (16/11).


OPEC yang dipimpin Arab Saudi, sedang mempertimbangkan pemotongan produksi hingga 1,4 juta barel per hari (bpd) tahun depan untuk menghindari kelebihan stok global yang sempat membuat harga minyak jatuh pada 2014 hingga 2016.

"Harga minyak terangkat data (EIA) sejauh ini. Penjelasannya bisa jadi bahwa pengurangan produksi besar oleh OPEC menjadi lebih mungkin," kata analis komoditas Commerzbank, Carsten Fritsch.

Sebelumnya, sumber-sumber Rusia mengatakan kepada Reuters bahwa Rusia ingin keluar dari kesepakatan pemangkasan produksi minyak.

Kepala perusahaan minyak negara Libya NOC mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa penting bagi OPEC dan produsen non-OPEC untuk bekerja sama untuk menjaga stabilitas pasar minyak.

IEA dan OPEC minggu ini memperingatkan surplus yang kemungkinan cukup besar setidaknya di paruh pertama tahun 2019. Perkiraan ini seiring dengan laju pertumbuhan produksi non-OPEC dan permintaan yang lebih lambat pada negara konsumen besar seperti Cina dan India.


Harga minyak telah kehilangan sekitar seperempat dari nilainya dalam hanya enam minggu, tertekan oleh perlambatan ekonomi global dan melonjaknya produksi minyak mentah yang dipimpin AS. Produksi minyak mentah AS naik menjadi 11,7 juta bph, rekor tertinggi, menurut data EIA pada Kamis.

"Penyuling dan konsumen Asia yang kami ajak bicara menyebutkan kekhawatiran awal dari perlambatan permintaan," kata Mike Corley, presiden Mercatus Energy Advisors.

Bank AS Morgan Stanley mengatakan pada hari Rabu bahwa ekonomi China mengalami pemburukan pada kuartal ketiga, sementara analis di Capital Economics mengatakan "prospek ekonomi jangka pendek China masih tetap suram."

Saat ini, China adalah importir minyak terbesar dunia dan konsumen minyak mentah terbesar kedua. (reuters/agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER