Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) mencatat total
utang luar negeri Indonesia hingga akhir September 2018 mencapai US$359,8 miliar atau sekitar Rp5.371 triliun (kurs JISDOR akhir September 2018 Rp14.929 per dolar AS).
Berdasarkan data statistik utang luar negeri Indonesia, total utang tersebut tumbuh sebesar 4,2 persen secara tahunan, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,6 persen secara tahunan. Perlambatan terutama terjadi pada utang luar negeri Pemerintah yang hanya tumbuh 2,2 persen secara tahunan menjadi US$176, 1 miliar.
Selain tumbuh melambat, posisi utang tersebut turun tipis dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai US$179,73 miliar. Penurunan utang luar negeri lantaran turunnya kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini turut dipengaruhi oleh kondisi pasar SBN dalam negeri yang terimbas tingginya ketidakpastian global," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan resmi, dikutip Senin (19/11).
Sementara itu, utang luar negeri swasta hingga kuartal III 2018 tercatat mencapai US$180,63 miliar, meningkat 6,7 persen secara tahunan. Utang luar negeri swasta tersebut terutama dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian.
Pangsa utang luar negeri di keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 72,7 persen, sedikit meningkat dibandingkan dengan pangsa pada kuartal sebelumnya.
BI pun memastikan perkembang utang tersebut masih tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal ini tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal III 2018 yang tercatat stabil di kisaran 34 persen.
"Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers. Di samping itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi utang luar negeri berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,8 persen dari total utang luar negeri," jelas dia.
Ia pun menekankan BI dan pemerintah akan terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan utang luar negeri dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
(agi)