Jakarta, CNN Indonesia -- PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau
Inalum masih menunggu instruksi pemerintah terkait pembayaran transaksi divestasi saham PT
Freeport Indonesia. Sesuai perjanjian, nilai transaksi pembelian saham Freeport Indonesia oleh Inalum mencapai US$3,85 miliar atau sekitar Rp56 triliun (asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS).
"Dibayarnya nanti, menunggu arahan pemerintah," ujar Kepala Komunikasi Korporat dan Hubungan Pemerintah Inalum Rendi Witular melalui pesan singkat kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (27/11).
Rendy mengungkapkan perseroan telah mengantongi dana untuk pembelian saham tersebut. Raupan dana berasal dari penerbitan obligasi global senilai US$4 miliar atau sekitar Rop58 triliun yang telah cair per 16 November 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tadinya, perseroan berencana membayar pembelian saham melalui sindikasi pinjaman perbankan. Namun, dalam perjalanannya, opsi penerbitan obligasi menjadi lebih efisien karena perseroan tidak perlu membayar cicilan pokok.
"Sindikasi bank yang terdiri dari BNP Paribas, MUFG, dan lain-lain itu mengkonversi strukturnya (pembiayaan) menjadi bond dan mereka yang menjadi
lead underwriter-nya," ujarnya.
Dalam wawancara terpisah, Direktur Keuangan Inalum Orias menyatakan perseroan saat ini masih mengejar dokumen pelaporan persaingan usaha
(anti-trust filing) Freeport-McMorran dari China. Hari ini, perseroan bakal menerima dokumen pelaporan persaingan usaha sejenis dari Filipina.
Perseroan menargetkan akuisisi saham bisa terealisasi paling lambat akhir tahun ini. Setelah itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam akan menerbitkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi (OP) yang akan memberikan kepastian usaha Freeport selama 2x10 tahun atau hingga 2041.
(sfr/agi)