Kemenkeu Yakin Defisit APBN 2018 Tak Lebih dari 2 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 05 Des 2018 12:46 WIB
Kementerian Keuangan meyakini defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tak lebih dari 2 persen terhadap PDB sepanjang 2018.
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani meyakini defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tak lebih dari 2 persen terhadap PDB sepanjang 2018. (Agust Supriadi).
Nusa Dua, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meyakini defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tak lebih dari 2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang 2018.

Proyeksi itu jauh lebih rendah dari asumsi awal defisit anggaran sebesar 2,19 persen terhadap PDB dan prospek tengah tahun sebesar 2,12 persen terhadap PDB.

Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani mengatakan proyeksi defisit ini muncul dari realisasi APBN 2018 per Oktober lalu yang menunjukkan defisit anggaran baru sekitar 1,6 persen terhadap PDB. Pada November lalu, ia bilang, angka defisit tidak bergeser jauh, meski masih enggan dipublikasikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kemungkinan di bawah 2 persen, tapi mungkin hanya sekitar 1,9 persen. Itu di bawah target kami 2,19 persen," ujar Asko, Rabu (5/12).

Lebih lanjut, pemerintah memperkirakan defisit anggaran bisa di bawah 2 persen terhadap PDB karena penerimaan pajak dan non pajak yang terus menunjukkan tren positif. Bahkan, ia memperkirakan penerimaan kedua pos itu bisa membuat penerimaan negara benar-benar mencapai asumsi APBN 2018.

Dari sisi belanja, pemerintah mengklaim pengeluaran lebih efektif dan efisien, sehingga bisa mengurangi beban belanja. Namun, tidak mengurangi ketepatan sasaran belanja untuk menopang pembangunan ekonomi.

"Kementerian/Lembaga ada penghematan tanpa harus dipotong dan tanpa APBN Perubahan. Mereka bisa hemat dengan sendirinya, tapi tetap optimal," katanya.


Asko bilang, bila defisit anggaran bisa ditekan di bawah 2 persen, defisit keseimbangan primer bisa pula ditekan lebih rendah dari target awal.

Pada asumsi APBN 2018, pemerintah membidik defisit keseimbangan primer di angka Rp87,3 triliun. Sementara pada prospek pertengahan tahun berjalan, kementerian memperkirakan defisit keseimbangan primer bisa turun menjadi Rp64,8 triliun.

"Tapi kalau defisit anggaran bisa di bawah 2 persen, maka keseimbangan primer itu bisa turun, mungkin hanya setengah dari Rp64,8 triliun, mungkin bisa Rp20 triliunan," katanya.

Selain itu, defisit anggaran yang lebih rendah juga bisa mengurangi ketergantungan pemerintah pada pembiayaan utang. Hal ini pada akhirnya bisa mengurangi beban pelunasan pokok dan bunga utang ke depan.


"Sekarang kami bisa tunjukkan investor bahwa kami bisa kurangi ketergantungan dari pembiayaan utang. Ini bisa menunjukkan fiskal kami kuat dan pengendalian utang jalan," terangnya.

Di sisi lain, Askolani bilang, defisit anggaran yang di bawah 2 persen dari PDB sejatinya sudah lama tidak dirasakan oleh Indonesia. "Mungkin sudah 5-6 tahun kami selalu defisit di kisaran 2 persen," imbuhnya.

Berdasarkan data Kemenkeu, defisit APBN mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tercatat pada 2013 sebesar 2,33 persen, lalu menurun pada 2014 menjadi 2,25 persen. Namun defisit kembali naik menjadi 2,59 persen pada 2015, kemudian menyusut tipis pada 2016 menjadi 2,49 persen, dan 2017 kembali naik lagi jadi 2,51 persen. Sementara tahun depan, defisit anggaran diasumsikan sekitar 1,84 persen dari PDB. (uli/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER